Ahad 29 Nov 2020 04:50 WIB

Saat Islam Jadi Agama Paling Cepat Berkembang di Eropa 

Banyak warga lokal Eropa yang memutuskan memeluk Islam

Banyak warga lokal Eropa yang memutuskan memeluk Islam. Ilustrasi Taman di Masjid Pusat Cambridge atau Cambridge Central Mosque di Inggris.
Foto: Emma Clark
Banyak warga lokal Eropa yang memutuskan memeluk Islam. Ilustrasi Taman di Masjid Pusat Cambridge atau Cambridge Central Mosque di Inggris.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Islam juga berkembang di Eropa. Kejayaan Islam pada masa lalu dapat dilihat di Spanyol. Kekhalifahan Islam membangun peradaban di Andalusia, baik melalui ilmu pengetahuan maupun budaya.  

Bahkan, BBC menyebutkan, Islam dinilai sebagai agama yang paling cepat berkembang di Eropa. Islam juga masuk ke Eropa bersamaan dengan masuknya imigran. Kian banyaknya jumlah imigran membuat jumlah populasi Muslim di sana pun ikut terkerek. Di sisi lain, ada pula orang asli Eropa yang memeluk Islam.

Faith Matters mengungkapkan, tahun 2011 sebanyak 5.200 warga Inggris menjadi mualaf. Berdasarkan hasil survei, 56 persen mualaf itu merupakan warga kulit putih Inggris. Dari warga asli Inggris yang memeluk Islam itu, sebanyak 62 persen adalah perempuan. Mereka berasal dari kalangan muda, yakni berusia 27 tahun. 

Ajmal Masroor, seorang imam masjid di London, Inggris, mengungkapkan sekitar tiga perempat mualaf adalah perempuan. Banyak orang mencari kedamaian spiritual. Mereka menemukan jawabannya dalam Islam. Perempuan, lebih mudah merenung dan mengambil langkah yang lebih serius, bahkan saat usia mereka masih muda. 

 

Kondisi tersebut telah berlangsung sejak 20 tahun terakhir, terlebih lagi sejak peristiwa pengeboman menara kembar World Trade Center pada 11 September 2001 di NewYork, Amerika Serikat.  

Seperti Muslim di benua lainnya, Muslim di Eropa juga menghadapi sejumlah tantangan yang harus mereka atasi. Di antaranya Islamofobia dan munculnya kebijakan-kebijakan yang dianggap berbau Islamofobia. Di dalamnya adalah soal cadar, pelarangan pembangunan masjid maupun menara masjid, dan diskriminasi.  

Pada 29 November 2010 lalu, hasil referendum yang digelar di Swiss menyatakan dukungan terhadap larangan pembangunan menara masjid. Ini kemudian memantik perdebatan dan unjuk rasa, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Umat Islam berunjuk rasa menentang pelarangan itu.  

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement