Rabu 25 Nov 2020 10:00 WIB

Ritual Haji Menyadarkan Aktivis Malcom X

Malcom X disadarkan oleh ritual haji.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Ritual Haji Menyadarkan Aktivis Malcom X. Foto: Malcom X
Foto: Malcomx.com
Ritual Haji Menyadarkan Aktivis Malcom X. Foto: Malcom X

IHRAM.CO.ID, JAKARTA--Malcolm X atau Malcolm Little dikenal sebagai El-Hajj Malik El-Shabazz adalah tokoh Muslim Afrika-Amerika dan aktivis hak asasi manusia. Setelah masuk Islam ia langsung menunaikan ibadah haji dan merasakan langsung kebesaran Muslim di sana.

"Realita kebesaran dan persatuan kaum muslimin yang termanifestasikan dalam ibadah haji itulah yang telah mementahkan semua pandangan buruk terhadap kaum muslimin sebelumnya," kata Thariq As-Suwaidan dalam bukunya Misteri Haji dan Umrah, Mengungkap Rahasia Besar Amalan Haji dan Umrah.

Baca Juga

Ritual haji semakin menguatkan keimanan Malcolm X bahwa Tuhan semesta alam hanya satu Maha Esa, serta nabi kaum muslimin juga satu. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah SWT dalam Al-Anbiya ayat 92 yang artinya.

"Sesungguhnya ini adalah agama kamu semua agama satu dan Aku adalah Tuhan maka sembahlah Aku."

Dari fenomena tersebut, Malcolm X juga meyakini bahwa kaum muslimin adalah satu umat, walaupun mereka terbagi dalam berbagai suku dan kabilah yang terbesar di berbagai penjuru dunia.  

Sebelum menjadi muslim, dulunya Malcolm X pengikuti setia aliran pemikiran Elijah Muhammad, yang memiliki keyakinan adanya dua tuhan. Padahal "Allah Mahasuci dari prasangka batil itu."

Aliran pemikiran Elijah tentang keyakinan adanya dua tuhan itu adalah tuhan pertama tuhannya bangsa kulit putih yang merupakan lambang keburukan dan kedua tuhannya bangsa kulit hitam yang merupakan lambang kebaikan. Namun setelah menjadi muslim, Malcolm X mengomentari sekaligus mematahian keyakinan Elijah Muhammad ini yang kemudian berkata.

Thariq As-Suwaidan menuliskan, selama perjalanan haji itu, Malcolm X terbesit sebuah pertanyaan yang menggelayutinya dalam benak sebagai seorang muslim, "Bagaimana umat ini akan bangkit?"

Setiap orang tentunya kata Thariq As-Suwaidan, menyadari bahwa metode perubahan yang harus diterapkan dalam bingkai pembangunan hidup manusia dan umat tidak akan dapat terealisasi dengan baik, kecuali dengan mengharapkan reformasi pemikiran, yaitu adanya kesadaran diri bahwa dalam tataran individu atau tataran keumatan, kebangkitan yang sedang dialaminya belum sejajar dengan umat lainnya yang ada di dunia.

"Dengan adanya kesadaran ini diharapkan seorang muslim semakin mempersiapkan diri dan membekalinya dengan tekad yang kuat sebelum dia mulai berusaha merealisasikannya dan selama masa perubahan itu terjadi," katanya.

Thariq As-Suwaidan menyampaikan, dalam konteks ibadah haji, maka kesaran itu akan membawanya pada semangat yang kuat, baik sebelum ketika, atau setelah keberangkatan. Dengan begitu, maka tak satu pun dari rangkaian ibadah haji yang akan disia-siakan.

"Karena ia memandang semua rangkaian ibadah itu sebagai sarana perubahan kearah yang lebih baik," katanya.

Thariq As-Suwaidan memastikan, perubahan itu bisa dicapai jika selama menjalani proses ibadah haji, akal atau pikirannya tetap konsisten memandang bahwa semua yang telah diajarkan dan terjadi dalam proses haji adalah hal terbaik yang dialami. Dengan menerapkan konsistensi pikiran maka jamaah haji akan menjadi pribadi yang selalu bertanya dan berpikir tentang segala hal.

"Dia tidak hanya sekedar memikirkan tentang dirinya melainkan juga secara langsung ikut mengaplikasikan semua syariat yang telah diturunkan sesuai dengan manhaj Allah," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement