Rabu 04 Nov 2020 18:57 WIB

Tiga SMP di Solo Mulai Simulasi Pembelajaran Tatap Muka

Simulasi hanya diikuti siswa kelas IX dengan kapasitas 50 persen.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Dwi Murdaningsih
Pelajar mencuci tangan sebalum masuk lingkungan sekolah sebelum mengikuti kegiatan Simulasi Adaptasi Kebiasaan Baru Sekolah di SMP Negeri 4 Solo, Jawa Tengah.
Foto: ANTARA/MOHAMMAD AYUDHA
Pelajar mencuci tangan sebalum masuk lingkungan sekolah sebelum mengikuti kegiatan Simulasi Adaptasi Kebiasaan Baru Sekolah di SMP Negeri 4 Solo, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Tiga sekolah tingkat SMP di Solo mulai melaksanakan simulasi pembelajaran tatap muka (PTM) pada Rabu (4/11). Simulasi hanya diikuti siswa kelas IX dengan kapasitas 50 persen.

Tiga sekolah tersebut yakni, SMP Negeri 4, SMP Al Azhar Syifa Budi, dan MTs Negeri 1. Simulasi PTM hanya berlangsung dua jam yakni pukul 08.00-10.00 WIB.

Baca Juga

Sebelum melaksanakan simulasi PTM, para siswa, guru dan karyawan mengikuti rapid test di sekolah masing-masing. Simulasi PTM diikuti oleh 50 persen siswa, sedangkan 50 persen lainnya belajar di rumah selama 14 hari.

Untuk 14 hari selanjutnya, siswa yang tadinya belajar di rumah mengikuti simulasi PTM, dan sebaliknya. Nantinya, pada hari ke-14 akan digelar rapid test ulang kepada para siswa yang belajar di sekolah.

 

Pada simulasi PTM tersebut, siswa langsung masuk ke kelas masing-masing. Guru telah menunggu di ruang kelas. Tempat duduk diatur berjarak 1,5 meter. Semua siswa, guru dan karyawan mengenakan masker dan pelindung wajah (face shield).

Kepala SMP Negeri 4 Solo, Sri Wuryanti, mengatakan, sesuai hasil rapid test, para guru, siswa dan karyawan semuanya dinyatakan non reaktif.

"Untuk simulasi PTM ini sekolah sepakat hanya mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA dan Matematika. Jam 08.00-10.00 anak-anak kegiatan belajar mengajar tidak ada istirahat," ucap dia, kepada wartawan, Rabu.

Pembelajaran dilakukan seperti biasanya. Bedanya, lanjut Sri Wuryanti, anak-anak yang belajar di rumah diberi kesempatan sama persis dengan yang di sekolah. Di kelas, guru menggunakan layar yang digunakan untuk membagikan pelajaran kepada anak-anak yang belajar di rumah melalui aplikasi Zoom.

"Saya kira antara anak-anak yang di rumah dan di sekolah tidak ada perbedaan. Cuma anak-anak yang di sekolah butuh perjuangan. Jadi harus disiplin dan tertib," imbuhnya.

Setelah mengikuti pembelajaran, anak-anak wajib berada di kelas sambil menunggu dijemput oleh orang tua masing-masing. Sri Wuryanti menilai, dukungan orang tua sangat penting dalam simulasi PTM. Sebab, keamanan dan keselamatan anak di sekolah hanya dua jam.

Selain itu, anak-anak bisa mengikuti simulasi PTM tergantung izin dari orang tua masing-masing. Sebelumnya, para orang tua yanh memberikan izin diminta menandatangani surat kesanggupan menerapkan protokol kesehatan, serta surat kesanggupan mengantar dan menjemput anak.

"Total siswa kelas IX ada 289 siswa. Data yang masuk kemarin, orang tua yang mengizinkan ada 219. Tapi ini ada beberapa orang tua yang mau ikut gabung," ujarnya.

Di samping itu, Pemkot Solo juga melarang siswa kelas IX menggunakan angkutan umum untuk mengikuti simulasi PTM di sekolah, termasuk angkutan daring.

Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo mengatakan orang tua maupun keluarga wajib mengantar dan menjemput anaknya yang mengikuti simulasi PTM. Hal itu untuk mengurangi kontak fisik dengan orang asing.

"Sehingga, kalau terjadi apa-apa, kami mudah menelusurinya," kata Wali Kota kepada wartawan, Selasa (3/11).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement