Selasa 27 Oct 2020 00:35 WIB

Kominfo: Persoalan Infodemic Membesar dari Grup Whatsapp

Cyberdrone Kominfo tak bisa memantau grup Whatsapp karena sistemnya tertutup.

Aplikasi Whatsapp (ilustrasi). Kominfo mensinyalir infodemic membesar melalui grup Whatsapp.
Foto: REUTERS/Dado Ruvic
Aplikasi Whatsapp (ilustrasi). Kominfo mensinyalir infodemic membesar melalui grup Whatsapp.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dirjen Informasi Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Widodo Muktiyo mencermati maraknya infodemic. Ia mensinyalir, penyebaran disinformasi biasanya membesar melalui grup Whatsapp.

"Jadi persoalan sekarang infodemic biasa besar dari Whatsapp Group. Ini menjadi tantangan," ujar Widodo saat menjadi pembicara dalam sesi dua webinar Refleksi Satu Tahun Pemerintahan Jokowi-Amin, bertema "Memaksimalkan Performa Pemerintahan di tengah Pandemi", yang diselenggarakan tim Jubir Presiden RI, secara virtual di Jakarta, Senin.

Baca Juga

Widodo menjelaskan bahwa saat ini muncul fenomena virtual, yakni era post truth dan echo chamber. Era post truth adalah di mana seseorang tiba-tiba dapat memengaruhi, meskipun tidak membawa kebenaran informasi.

Bermodalkan pengikut yang banyak di media sosial seseorang dapat memengaruhi publik, meskipun hanya memberikan informasi halusinasi. Akibatnya, dinamika komunikasi publik mengalami persaingan untuk merebut kebenaran.

Sementara itu, fenomena echo chamber adalah fenomena di mana seseorang hanya percaya pada kelompoknya. Dengan begitu, informasi digaungkan dan dipercaya kelompoknya, meskipun belum tentu kebenarannya.

Dua fenomena itulah, menurut Widodo, yang turut membuat upaya membersihkan dunia virtual dari disinformasi atau hoaks menjadi sangat sulit.

"Karena ada situasi di mana semua orang bisa memproduksi, bisa mengonsumsi, bisa mendistribusi (informasi). Dan munculah kondisi infodemic," kata dia.

Widodo mengatakan, persoalan selama pandemi Covid-19 tidak hanya persoalan kesehatan, namun juga persoalan informasi yang tidak sehat atau hoaks. Berdasarkan laporan Kominfo, berita bohong atau hoaks paling banyak dalam perjalanan pandemi Covid-19 terjadi pada Maret. Sementara itu, aplikasi yang paling banyak memproduksi dan mendistribusi informasi adalah Youtube.

Widodo mengungkapkan bahwa cyberdrone yang dimiliki Kominfo masih mampu memonitor disinformasi yang terjadi di Youtube, Facebook, Instagram, dan lainnya. Akan tetapi, Kominfo kesulitan memantau disinformasi yang menyebar dan membesar melalui grup Whatsapp yang sistemnya bersifat tertutup.

"Ini menjadi tantangan. Performa pemerintah bisa jadi sudah baik, tapi karena dibolak-balik publik yang tidak suka, publik yang iseng, maka melahirkan situasi itu (infodemic)," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement