Jumat 16 Oct 2020 06:09 WIB

Pentingkah Merger Bank Syariah? Simak 9 Fakta Ini

Merger tiga bank syariah milik BUMN memberikan dampak besar bagi ekonomi Indonesia

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Elba Damhuri
Merger Bank Syariah BUMN -- Suasana pelayanan di Bank Mandiri Syariah yang akan ikut merger bersama BRI Syariah dan BNI Syariah.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Merger Bank Syariah BUMN -- Suasana pelayanan di Bank Mandiri Syariah yang akan ikut merger bersama BRI Syariah dan BNI Syariah.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Ekonomi syariah di Indonesia akan memasuki sejarah baru. Hal ini ditandai dengan adanya rencana merger tiga bank syariah BUMN yang akan menjadi salah satu bank syariah terbesar di level regional. 

Sedikitnya, ada sembilan (9) alasan mengapa merger bank syariah BUMN yang terdiri dari BRI Syariah (BRIS), BNI Syariah (BNIS), dan Bank Syariah Mandiri (BSM) ini penting dilakukan. 

Alasan pertama, bank syariah bisa lebih efisien dalam penggalangan dana, operasional, pembiayaan, dan belanja.

Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) 2015-2020 Fauzi Ichsan mengatakan aksi konsolidasi ini berdampak pada turunnya biaya penggalangan dana bank syariah sehingga memungkinkan untuk memperluas ruang gerak.

Menurut Fauzi Ichsan, merger menjadi solusi untuk mengatasi tingginya biaya operasional dan belanja modal (capital expenditure/capex) yang kerap dialami perbankan syariah. 

Dengan konsolidasi, biaya penggalangan DPK, biaya operasional, dan capex bisa ditekan. 

Kedua, merger membuktikan bank syariah memiliki prospek cerah. Perbankan syariah terbukti mampu bertahan di tengah pengaruh buruk pandemi covid-19.  

Bahkan, Fauzi Ichsan menjelaskan kinerja industri perbankan syariah tercatat lebih baik dibanding kondisi perbankan konvensional.

Dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pertumbuhan Pembiayaan Yang Disalurkan (PYD) perbankan syariah per Juni 2020 mencapai 10,13 persen secara tahunan (year on year/yoy). Angka ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan penyaluran kredit perbankan konvensional yakni 1,49 persen (yoy) pada periode tersebut.

Perbankan syariah mencatat kenaikan DPK yang lebih tinggi dibanding bank-bank konvensional. Pada periode yang sama, pertumbuhan DPK perbankan syariah Indonesia mencapai 9 persen (yoy), sementara industri perbankan konvensional 7,95 persen (yoy).

Dari sisi permodalan, bantalan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan syariah juga terjaga di angka 21,20 persen per Juni 2020. Rasio ini jauh di atas ambang batas kecukupan modal yang diatur otoritas sekitar 12-14 persen.

Ketiga, aset bank syariah makin besar dan kuat. Bank syariah hasil merger ini akan masuk top 10 bank nasional dengan aset sampai Rp 240 triliun. 

Keempat, kata Ketua Tim Project Management Office dan Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Hery Gunardi, bank hasil merger memiliki potensi 10 bank syariah teratas secara global berdasarkan kapitalisasi pasar. 

Dengan catatan ini, cakupan pasar bank syariah makin luas dan menjangkau berbagai kalangan.

Dengan total aset saat ini sekitar Rp 220 triliun-Rp 225 triliun, diproyeksikan pada 2025, aset bank ini bisa Rp 390 triliun, pembiayaan mencapai Rp 272 triliun, dan pendanaan Rp 335 triliun.

Kelima, bank merger akan memiliki produk yang lengkap, mulai dari wholesale, consumer, retail, UMKM, dengan berbagai produk dan layanan yang handal.

Keenam, merger tidak hanya upaya dan komitmen dalam pengembangan ekonomi syariah. Namun juga menjadi pilar baru kekuatan ekonomi nasional, mendorong Indonesia sebagai pusat ekonomi dan keuangan syariah global.

Dalam bahasa Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, Indonesia akan memiliki sebuah Bank Syariah Nasional yang solid dan berkaliber global. 

Ketujuh, merger memudahkan akses semua kalangan masyarakat untuk mendapat pelayanan jasa keuangan yang sesuai prinsip-prinsip syariah. Dengan jumlah penduduk yang besar, layanan perbankan syariah tidak sampai 10 persen.

Kedelapan, merger bank syariah BUMN ini akan memberikan dampak besar kemajuan industri halal di Indonesia. Selama ini industri halal masih ditopang bank-bank konvensional, sementara akses ke bank syariah lebih mahal dan sulit.

Potensi industri halal begitu besar. Adanya bank syariah yang besar dan kuat secara likuiditas akan membantu akses dana sesuai syari bagi sedikitnya 3 juta UMKM sektor halal.

Kesembilan, merger bank syariah diprediksi akan memperkuat dan memperluas ekosistem ekonomi syariah di Indonesia. Efek yang dimunculkan tidak hanya memperkuat satu sub-ekosistem, tetapi banyak sub-sub ekosistem lainnya, sehingga ekosistem ekonomi syariah di Indonesia bisa menjadi penopang utama pembangunan ekonomi nasional.

Menteri Erick Thohir mengatakan pemerintah sudah merencanakan dengan matang pembentukan bank umum syariah terbesar pertama Indonesia. 

Dengan penduduk mayoritas Muslim, Erick menilai potensi perbankan syariah masih sangat besar sekaligus memberikan opsi bagi masyarakat yang lebih nyaman menggunakan sistem perbankan syariah.

"Keinginan Indonesia memiliki bank umum syariah nasional terbesar di tahun 2021 merupakan bagian dari upaya dan komitmen pemerintah untuk mengembangkan dan menjadikan ekonomi keuangan syariah sebagai pilar baru kekuatan ekonomi nasional," lanjut Erick Thohir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement