Kamis 15 Oct 2020 11:09 WIB

Trump Makin Sepelekan Covid-19 Setelah Putranya Terinfeksi

Trump bersikukuh sekolah kembali dibuka melihat putranya yang baik-baik saja.

Barron Trump (kiri) bersama kedua orang tuanya, Presiden AS Donald Trump dan Melania Trump.
Foto: EPA
Barron Trump (kiri) bersama kedua orang tuanya, Presiden AS Donald Trump dan Melania Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fergi Nadira, Kamran Dikarma, Meiliza Laveda, Antara

Di Gedung Putih, bukan hanya Donald Trump dan istrinya Melania yang terpapar Covid-19. Hari ini terungkap, putra mereka, Barron Trump ternyata juga positif Covid-19.

Baca Juga

Dan, bukan Donald Trump kalau tidak menganggap Covid-19 adalah penyakit yang biasa-biasa saja. Saat berkampanye di Des Moines, Iowa, Trump mengatakan Barron sekarang baik-baik saja setelah terkena Covid-19. Ia menyebutnya sebagai contoh bahwa sekolah-sekolah Amerika harus dibuka kembali.

Trump berkomentar tentang putranya itu saat menyambangi Iowa dalam misi memperkuat dukungan di negara-negara bagian yang ia menangi pada 2016. Suara Trump tapi terancam direbut oleh kandidat presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden, hampir tiga minggu sebelum pemilihan.

"Menurut saya dia bahkan tidak tahu dia tertular," kata Donald Trump tentang Barron yang berusia 14 tahun. "Karena mereka masih muda dan sistem kekebalan mereka kuat dan mereka melawannya. 99,9 persen dan Barron bagus. Dan dia bebas."

"Barron positif terkena. Seperti dalam dua detik, Barron baik-baik saja sekarang. Dia sudah dinyatakan negatif, kan? Karena itulah yang terjadi. Orang-orang tertular lalu (virus) itu pergi. Bawa anak-anak ke sekolah, kita harus mengembalikan anak-anak ke sekolah."

Trump telah berusaha meyakinkan negara-negara bagian untuk membuka kembali sekolah dan menjalankan kembali kegiatan sehari-hari secara normal. Namun, banyak serikat guru menentang langkah tersebut, dengan alasan bahwa guru dapat terinfeksi oleh siswa mereka.

Melania Trump mengatakan, Barron juga dirinya sudah negatif Covid-19. Dikutip dari Reuters, Melania mengatakan gejala Covid-19 yang dialaminya tergolong ringan. "Saya mengalami badan saya nyeri, batuk dan sakit kepala, dan merasa sangat lelah hampir sepanjang waktu," katanya.

Melania mengungkapkan cara yang ia tempuh untuk menyembuhkan diri dari Covid-19. "Saya memilih untuk mengambil jalan yang lebih alami dalam hal pengobatan, lebih memilih vitamin dan makanan sehat," ujarnya.

Barron memang menjadi pemikiran Melania ketika ia dan suaminya divonis positif Covid-19. "Tentunya secara alami, pikiran saya menuju ke putra saya," ujarnya. Melania mulanya lega ketika Barron hasil tesnya negatif, tapi ia memikirkan ke depan belum tentu sama.

Ketakutan Melania muncul ketika Barron dites lagi dan hasilnya positif, dikutip dari AP. Melania namun sedikit lega mereka bertiga mengalami penyakit tersebut bersamaan.

"Di satu sisi, saya senang kita bertiga mengalami ini pada saat yang sama sehingga kita bisa menjaga satu sama lain dan menghabiskan waktu bersama," kata Melania Trump, dilansir dari Channel News Asia.

Donald Trump menghabiskan tiga malam di rumah sakit militer setelah mengumumkan pada 2 Oktober bahwa dia dan Melania dinyatakan positif. Untuk mengobati virus, ia menerima terapi antibodi ganda eksperimental yang dikembangkan oleh Regeneron Pharmaceuticals Inc dan remdesivir antiviral Gilead Sciences Inc, serta steroid deksametason.

Pakar penyakit menular terkemuka di Amerika Serikat (AS) Anthony Fauci mengatakan Donald Trump telah memperoleh kekebalan sementara terhadap Covid-19. Namun hal itu tak bersifat permanen. Dia pun memperingatkan agar Trump tak sembarangan mengutip kata "imun" atau "kebal" dalam pernyataannya.

Fauci memberi penjelasan merespons pernyataan Trump yang menyatakan dia imun setelah terinfeksi Covid-19. "Jika yang dia (Trump) maksud adalah dia telah terinfeksi dan pulih, bahwa dia tidak akan terinfeksi lagi, itu benar untuk jangka waktu terbatas. Apa yang kita tidak tahu adalah berapa lama perlindungan itu bertahan," kata Fauci saat diwawancara reporter CNN.

Fauci menjelaskan secara teknis Trump telah pulih dan memiliki respons kekebalan dalam dirinya. Hal itu kemungkinan besar akan melindungi Trump dari infeksi ulang. Kendati demikian dia memperingatkan bahwa terdapat kasus-kasus orang yang telah pulih dari Covid-19 kemudian terinfeksi kembali oleh virus corona.

"Jadi Anda benar-benar harus berhati-hati agar Anda tidak sepenuhnya mengutip 'kebal'," ujar tokoh yang menjabat sebagai direktur di The National Institute of Allergy and Infectious Diseases tersebut.

Fauci pun tetap menganjurkan penggunaan masker. "Mereka telah menemukan bahwa jika Anda, 10 hari sejak timbulnya gejala, kemungkinannya sangat rendah bahwa Anda akan dapat menular - bahwa Anda akan dapat menularkannya. Jika Anda benar-benar ingin menyelesaikannya, Anda melakukan tes PCR (polymerase chain reaction) dan Anda menunjukkan bahwa orang tersebut memiliki tingkat virus yang tidak akan menular," ucapnya.

Kasus reinfeksi atau tertularnya kembali Covid-19 adalah hal yang sangat mungkin. Kasus reinfeksi ditemukan di Hong Kong, India, AS, hingga sejumlah negara di Eropa.

Para ilmuwan memiliki beberapa teori tentang mengapa virus dapat menginfeksi beberapa orang untuk kedua kalinya. Satu gagasan adalah seseorang mungkin telah terpapar lebih banyak virus untuk kedua kalinya atau sudah merasa tidak enak badan karena hal lain.

Beberapa orang berpikir bahwa antibodi juga dapat merusak sistem kekebalan dan membantu virus menginfeksi kembali sel. Yang lebih menakutkan lagi adalah virus dapat membahayakan sel T pada beberapa pasien, sel kekebalan yang dapat mengingat dan membunuh patogen serta meningkatkan pembentukan antibodi.

Para ahli berharap untuk melihat lebih banyak infeksi ulang di musim gugur dan musim dingin. Tidak hanya virus ini menyebar dengan cepat di berbagai negara, tetapi waktu yang cukup telah berlalu sejak infeksi pertama untuk beberapa pasien.

"Saya pikir penting, secara menyeluruh, untuk menghilangkan mitos kekebalan. Saya memperingatkan orang-orang yang terinfeksi Covid-19 agar tidak berpikir mereka akan dilindungi selama gelombang kedua," kata Profesor Psikologi Sosial Universitas St Andrews, Stephen Reicher.

photo
Klaster Covid-19 di Gedung Putih - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement