Kamis 15 Oct 2020 05:05 WIB

Facebook Larang Iklan Hoaks yang Halangi Vaksinasi

Facebook larang iklan hoaks yang menghalangi orang melakukan vaksinasi

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Christiyaningsih
Facebook larang iklan hoaks yang menghalangi orang melakukan vaksinasi. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/JOHN G. MABANGLO
Facebook larang iklan hoaks yang menghalangi orang melakukan vaksinasi. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Facebook mulai melarang iklan hoaks yang menghalangi orang melakukan vaksinasi. Perusahaan media sosial itu juga mengumumkan kampanye informasi vaksin flu baru.

Perusahaan teknologi yang berbasis di Amerika Serikat (AS) itu mengatakan dalam sebuah unggahan di blog bahwa iklan yang mendukung atau menentang undang-undang atau kebijakan pemerintah seputar vaksin, termasuk vaksin Covid-19, akan tetap diizinkan. Facebook mulai memberlakukan kebijakan baru dalam beberapa hari mendatang.

Baca Juga

“Tujuan kami adalah membantu pesan tentang keamanan dan kemanjuran vaksin menjangkau banyak orang, sambil melarang iklan dengan informasi yang salah yang dapat membahayakan upaya kesehatan masyarakat,” tulis pernyataan perusahaan seperti dilansir di Aljazirah, Selasa (13/10).

Facebook menegaskan sudah tidak mengizinkan iklan dengan hoaks vaksin yang telah diidentifikasi secara publik oleh organisasi kesehatan global terkemuka, seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS.

Facebook yang telah mendapat tekanan dari politisi dan kelompok kesehatan masyarakat untuk menindak konten anti-vaksin dan informasi yang salah di platformnya mengatakan bahwa meskipun vaksin Covid-19 tidak akan tersedia dalam waktu dekat, pandemi telah menyoroti pentingnya perilaku kesehatan preventif.

Aturan Facebook melarang iklan dengan informasi salah tentang vaksin. Namun iklan yang menyatakan penolakan terhadap vaksin tetap diizinkan jika tidak mengandung klaim palsu.

Awal tahun ini, Manajer Kebijakan Publik Facebook Jason Hirsch mengatakan perusahaan yakin pengguna harus dapat mengungkapkan pandangan pribadi. Tindakan penyensoran yang lebih agresif dapat mendorong orang-orang yang ragu-ragu tentang vaksin menuju ke kelompok anti-vaksin.

Sejak awal pandemi, rentetan informasi yang salah, teori konspirasi, rumor, dan mitos telah beredar seputar virus corona baru. Direktur Department of Global Infectious Hazard Preparedness di WHO, Sylvie Briand, mengatakan mitos seputar perawatan, obat-obatan, dan vaksin terkadang didorong oleh kepentingan komersial.

Informasi yang salah tentang metode intervensi seperti pelacakan kontak dan pemakaian masker memunculkan kebingungan. Bahkan, terkadang informasi itu mengakibatkan ketidakpercayaan terhadap institusi, pemerintah, keahlian, dan ilmu pengetahuan.

WHO mendorong orang untuk memeriksa sumbernya sebelum membagikan informasi. Pemeriksaan bisa menggunakan sumber informasi berbasis sains yang terpercaya, seperti badan kesehatan masyarakat nasional, serta melaporkan jika yakin informasi yang beredar itu salah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement