Selasa 13 Oct 2020 17:11 WIB

Bisht: Jubah Simbol Kerajaan, Gaya dan Keanggunan Arab

Bisht biasanya berwarna hitam, coklat, abu-abu, krem atau putih.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
Bisht: Jubah Simbol Kerajaan, Gaya dan Keanggunan Arab
Foto: Arab News
Bisht: Jubah Simbol Kerajaan, Gaya dan Keanggunan Arab

REPUBLIKA.CO.ID, AL-AHSA -- Jika kita menutup mata dan mencoba membayangkan gambaran tentang pria Arab Saudi, kemungkinan yang muncul adalah sesosok pria dengan Bisht dan Thobe. Menggunakan nama lain Mishla, Bisht merupakan jubah pria yang dikenakan di atas Thobe (tunik setinggi pergelangan kaki).

Di dunia Arab, Bisht biasanya berwarna hitam, coklat, abu-abu, krem atau putih. Jubah ini merupakan pakaian Saudi yang paling tradisional, bahkan salah satu yang paling bergengsi karena keterkaitannya dengan keluarga kerajaan, kekayaan dan upacara. Di dunia Barat, Bisht mirip dengan tuksedo dan dasi hitam.

Baca Juga

Dilansir di Arab News, Selasa (13/10), pakaian ini sangat populer di Arab Saudi bahkan juga dipakai di negara-negara Teluk lainnya. Bisht biasanya dikenakan pada acara-acara khusus, seperti pernikahan. Meski demikain, anggota keluarga kerajaan terlihat hampir selalu memakai pakaian ini.

Seperti jenis pakaian lainnya, Bisht memiliki kualitas yang beragam. Bisht Syria dan Emirati umumnya lebih murah. Sementara bisht yang dianggap terbaik di dunia, bisht Hasawi yang dibuat di Al-Ahsa, kualitas pakaiannya bisa membuat tampilan menjadi lebih baik.

 

Salah satu pembuat bisht paling terkenal di Al-Ahsa, Abdullah Jafar Al-Qattan, mulai mengerjakan bisht pada usia 7 tahun. Berasal dari keluarga beberapa generasi pembuat bisht (nama Al-Qattan berarti produsen kapas), dia memuji ayahnya dengan kecintaannya pada pakaian.

"Saya memulai di toko ayah saya sebagai pesuruh, hanya mengambil barang dan mengamati, dan akhirnya saya mulai mengambil keterampilan yang diperlukan," katanya.

Al-Qattan menunjukkan foto-foto  dari beberapa klien ayahnya yang paling terkenal, termasuk Raja Khalid dan salah satu putranya, Sultan Qaboos dari Oman, dan beberapa syekh dari Bahrain. Al-Qattan bahkan menyebut dari setiap gambar anggota kerajaan Saudi yang beredar, pasti mengenakan bisht Hasawi.

Dia mengatakan hanya sedikit orang yang menyadari pekerjaan berat yang diperlukan untuk menciptakan bisht. Untuk membuat satu bisht menggunakan cara tradisional atau tangan, dibutuhkan sebanyak delapan orang.

“Sebuah mesin bisa membuat 12 bisht sehari, tapi bisht buatan tangan akan memakan waktu 15 hari untuk membuatnya,” katanya.

Proses pembuatan bisht, apakah dengan tangan atau tidak akan mempengaruhi harga. Bishop Suriah dan Emirat umumnya lebih murah dan harganya hanya 200 Saudi Riyal atau setara Rp 787ribu. Sementara untuk Bisht Hasawi tingkat atas, harganya bisa mencapai 15.000 Saudi Riyal atau Rp 59juta, jika seluruhnya dibuat dengan tangan.

Sebagai anak tertua, Al-Qattan tahu jikadia harus meneruskan warisan keluarga sejak dini. Meski saat kuliah dia mempelajari sesuatu yang tidak berhubungan dengan bisnis, dia akhirnya kembali dan mengambil alih toko Bisht setelah ayahnya meninggal.

“Saya menganggap ini warisan saya. Setelah semua generasi keluarga saya memberikan begitu banyak cinta dan upaya dalam pekerjaan ini, saya harus melihat pekerjaan ayah berlanjut, ”katanya.

Toko tersebut memiliki halaman di Instagram dengan nama @m.m.3q. Di laman tersebut, bisa dilihat contoh karya Al-Qattan, bersama dengan foto klien terkenal keluarga tersebut.

sumber : Arab News
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement