Rabu 07 Oct 2020 00:40 WIB

Tato Berisiko Buat Suhu Tubuh Panas

Tinta dari tato dapat menghalangi keluarnya keringat sehingga suhu tubuh jadi panas.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Salah seorang peserta program hapus tato se-Pulau Lombok yang diadakan oleh YBS.
Foto: Dok YBS
Salah seorang peserta program hapus tato se-Pulau Lombok yang diadakan oleh YBS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabar buruk buat yang bertato. Penelitian baru menunjukkan bahwa tinta dari tato dapat menghalangi keluarnya keringat, sehingga menyebabkan suhu tubuh menjadi panas.

Studi menemukan bahwa kulit yang ditato pada lengan "telah mengurangi tingkat sekresi keringat dibandingkan kulit tanpa tato". Dilansir laman WebMd, Selasa (6/10), penelitian baru ini dipimpin oleh Scott Davis dari Southern Methodist University di Dallas, Amerika Serikat.

Baca Juga

Peneliti menjelaskan bahwa berkeringat adalah respons alami tubuh untuk mengatur suhu tubuh. Namun, kerusakan apa pun pada kelenjar keringat di dalam kulit dapat mengganggu respons ini dan meningkatkan kemungkinan terjadinya panas berlebih.

"Sementara tato kecil tidak mengganggu pengaturan suhu tubuh secara keseluruhan, penurunan keringat pada kulit yang ditato "dapat berdampak pada pembuangan panas, terutama ketika tato menutupi persentase yang lebih tinggi dari luas permukaan tubuh," kata Davis dan rekan-rekannya dalam rilis berita jurnal.

Penelitian sebelumnya menemukan bahwa kulit yang ditato memiliki konsentrasi natrium (garam) yang lebih tinggi dalam keringat dan menunjukkan berkurangnya fungsi kelenjar keringat. Peneliti menghitung bahwa proses tato membutuhkan hingga 3.000 tusukan kulit per menit, sehingga dapat mengakibatkan kerusakan kelenjar keringat.

Dalam studinya, para peneliti menilai tingkat keringat di lengan atas dan bawah dari 10 orang yang memiliki tato, membandingkan setidaknya 5,6 sentimeter persegi kulit bertato dengan kulit tak bertato yang berdekatan. Untuk meningkatkan keringat di seluruh tubuh, para relawan mengenakan setelan khusus yang mengalirkan air panas ke atas 48 derajat Celsius selama 30 menit atau lebih.

Area kulit yang bertato dan tidak bertato mulai berkeringat pada waktu yang hampir bersamaan sebagai respons terhadap panas. Itu menunjukkan bahwa sinyal saraf ke kelenjar keringat berfungsi normal pada kulit yang bertato. Namun, area yang ditato masih menghasilkan lebih sedikit keringat.

Penelitian yang diterbitkan baru-baru ini di Journal of Applied Physiology itu menyimpulkan bahwa tato dapat menghambat "fungsi kelenjar keringat dan dapat dianggap sebagai komplikasi jangka panjang potensial atau efek samping dari prosedur.

Seorang dokter kulit yang tidak terkait dengan penelitian mengatakan penurunan keringat terkait tato "mungkin memiliki konsekuensi penting. " Itu ketika pasien mengalami demam atau penyakit atau kepanasan dan mungkin memiliki masalah dengan termoregulasi," kata Dr. Michele Green, seorang dokter kulit di Lenox Hill Hospital di New York City.

Menurut Green, studi lebih lanjut perlu dilakukan pada pengamatan penting ini. Kemungkinan penurunan pendinginan tubuh bukanlah satu-satunya efek kesehatan yang merusak dari tato. Tinta dari tato pada tubuh juga dapat meningkatkan peluang seseorang terkena infeksi kulit dan "granuloma", lesi seperti ruam yang dapat terbentuk saat sistem kekebalan bereaksi terhadap tato.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement