Selasa 06 Oct 2020 06:30 WIB

Kota Bogor Masih Zona Merah karena Kasus Positif Meningkat

Peningkatan kasus positif Covid-19 masih mencapai 15 persen.

Wali Kota Bogor,  Bima Arya dan Wakil Wali Kota, Dedie A. Rachim didampingi perwakilan dari Kementerian Kesehatan meninjau kesiapan Puskesmas Tanah Sareal, Kota Bogor untuk jadi tempat uji coba vaksin Covid-19.
Foto: Republika/Shabrina Zakaria
Wali Kota Bogor, Bima Arya dan Wakil Wali Kota, Dedie A. Rachim didampingi perwakilan dari Kementerian Kesehatan meninjau kesiapan Puskesmas Tanah Sareal, Kota Bogor untuk jadi tempat uji coba vaksin Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menyatakan status Kota Bogor pada pekan ini masih zona merah atau berisiko tinggi terhadap penularan Covid-19. Saat ini masih terjadi peningkatan pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 sampai 15 persen.

Bima Arya mengatakan hal itu kepada pers di Balai Kota Bogor, Senin (5/10) didampingi Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno, Kepala Dinas Kominfo Kota Bogor Rahmat Hidayat, dan Kepala Satpol PP Kota Bogor Agustiansyah. Menurut Bima, pada pekan lalu, penambahan 179 kasus positif, yakni meningkat 15 persen dari pekan sebelumnya.

Baca Juga

Sedangkan, jumlah kasus positif Covid-19 secara keseluruhan sampai Senin ini, sebanyak 1.387 kasus. Dari jumlah tersebut, sebanyak 941 kasus sudah dinyatakan sembuh, 51 kasus meninggal dunia, serta 395 kasus masih sakit.

Bima menjelaskan hal penting untuk dicermati dan didalami adalah berapa persen komposisi kasus positif Covid-19 dari kluster yang dianggap sebagai sumber penularan. Berdasarkan data harian penanganan Covid-19 Kota Bogor, sebagian besar kasus positif Covid-19 tercatat dari kluster keluarga. "Dari 179 kasus positif ini, 118 di antaranya dari kluster keluarga," katanya.

 

Bima menegaskan, kluster keluarga ini jika didalami dan diurai lagi, akan diperoleh data penting, yakni 32 persen dari kluster keluarga dengan penularandari perkantoran. "Jadi, kasus positif yang terpapar di kluster keluarga ini adalah terpapar dari kluster perkantoran,” ujarnya.

Kemudian, 29 persen kasus positif dari fasilitas kesehatan, 19 persen dari kluster luar kota dan Jakarta, tujuh persen dari transmisi lokal atau permukiman, enam persen dari rumah makan/kantin/mini market, empat persen dari acara-acara keluarga, serta tiga persen dari transportasi. "Itu artinya, saat ini yang paling berbahaya adalah kluster perkantoran," katanya.

Menurut Bima, sektor perkantoran memiliki risiko penularan Covid-19 cukup tinggi. Karena para karyawan berada dalam satu ruangan tertutup secara bersama-sama dari pagi, siang, sore, dan bahkan sampai malam. "Pada waktu yang panjang itu, ada saja yang melepas masker," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement