Selasa 22 Sep 2020 18:51 WIB

Palestina Disebut Tangkap Pendukung Normalisasi UEA-Israel

Juru bicara faksi Dahlah menilai penangkapan itu bermotif politik.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
 (Kiri ke kanan) Menteri Luar Negeri Bahrain Sheikh Khalid Bin Ahmed Al-Khalifa, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Presiden AS Donald J. Trump dan Menteri Luar Negeri UEA Sheikh Abdullah bin Zayed bin Sultan Al Nahyan selama upacara penandatanganan Kesepakatan Abraham, yang menormalkan hubungan antara Uni Emirat Arab dan Bahrain dengan Israel, di Halaman Selatan Gedung Putih di Washington, DC, AS, 15 September 2020.
Foto: EPA-EFE/JIM LO SCALZO
(Kiri ke kanan) Menteri Luar Negeri Bahrain Sheikh Khalid Bin Ahmed Al-Khalifa, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Presiden AS Donald J. Trump dan Menteri Luar Negeri UEA Sheikh Abdullah bin Zayed bin Sultan Al Nahyan selama upacara penandatanganan Kesepakatan Abraham, yang menormalkan hubungan antara Uni Emirat Arab dan Bahrain dengan Israel, di Halaman Selatan Gedung Putih di Washington, DC, AS, 15 September 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Pasukan keamanan Palestina menangkap tujuh simpatisan atau pendukung politisi Mohammed Dahlan pada Senin (21/9). Sejak 2011, Dahlan, yang merupakan anggota Fatah, hidup dalam pengasingan di Uni Emirat Arab (UEA) karena berselisih dengan Presiden Mahmoud Abbas.

Penangkapan terhadap ketujuh pendukung Mohammed Dahlan itu dilakukan di Tepi Barat. Dua anggota senior faksi Dahlan, yakni Haytham al-Halabi dan Salim Abu Safia turut dibekuk. Dari tujuh simpatisan Dahlan yang ditangkap, beberapa di antaranya dituduh terlibat membantu proses normalisasi diplomatik UEA dan Israel.

Baca Juga

Juru bicara faksi Dahlan, Imad Mohsen menyampaikan bahwa penangkapan tersebut bermotif politik. Namun dia tidak menjelaskan secara terperinci mengenai hal tersebut. Kementerian Dalam Negeri Palestina belum merilis komentar perihal penangkapan itu.

Dahlan adalah mantan kepala keamanan Jalur Gaza. Dia digadang-gadang sebagai calon penerus Mahmoud Abbas. Ia telah menjalin hubungan erat dengan para pemimpin UEA sejak pengasingannya.

Faksi Dahlan sebenarnya mengkritik negara-negara Arab yang menjalin hubungan dengan Israel sebelum masalah Palestina diselesaikan. Namun dia tidak secara langsung membantah keterlibatannya dalam proses normalisasi dengan Israel.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Menteri Luar Negeri UEA Sheikh Abdullah bin Zayed, dan Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif bin Rashid Al Zayani telah menandatangani perjanjian damai di Gedung Putih pada Selasa (15/9) pekan lalu. Presiden AS Donald Trump turut menyaksikan proses penandatanganan bersejarah tersebut.

Trump mengapresiasi keputusan UEA dan Bahrain untuk melakukan normalisasi diplomatik dengan Israel. Menurutnya hal itu akan mengakhiri perpecahan dan konflik yang telah berlangsung selama beberapa dekade di kawasan. Kesepakatan normalisasi dipandang bakal membawa "fajar baru Timur Tengah".

Palestina telah memandang langkah Bahrain dan UEA sebagai pengkhianatan. Penandatanganan perjanjian normalisasi di Gedung Putih dianggap sebagai "hari kelam" dalam sejarah Arab.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement