Selasa 22 Sep 2020 10:54 WIB

49 RT di Jakarta Jadi Korban Banjir Semalam

Banjir berangsur surut seiring tinggi Bendung Katulampa yang mulai normal.

Sejumlah kendaraan melewati genangan air di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Senin (21/9). Hujan deras yang mengguyur wilayah Ibu Kota menyebabkan genangan air di sejumlah jalan protokol sehingga menghambat laju kendaraan yang melintas. Republika/Putra M. AKbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah kendaraan melewati genangan air di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Senin (21/9). Hujan deras yang mengguyur wilayah Ibu Kota menyebabkan genangan air di sejumlah jalan protokol sehingga menghambat laju kendaraan yang melintas. Republika/Putra M. AKbar

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Shabrina Zakaria, Antara

Sebanyak 49 wilayah tingkat Rukun Tetangga (RT) di Jakarta terdampak banjir pada Selasa (22/9) pukul 06.00 WIB.  Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati mengatakan banjir terjadi sejak Senin (21/9) malam.

Baca Juga

"BPBD DKI Jakarta melaporkan 15 jiwa mengungsi setelah banjir terjadi di beberapa titik sejak Senin (21/9) malam. Petugas telah menyiapkan pos pengungsian di empat lokasi," kata Raditya melalui siaran pers.

Raditya mengatakan genangan terjadi merata di lima wilayah administratif DKI Jakarta, yaitu Jakarta Timur (23 RT dengan ketinggian air 10 centimeter hingga 100 centimeter), Jakarta Barat (14 RT dengan ketinggian air 10 centimeter hingga 80 centimeter). Kemudian Jakarta Selatan (10 RT dengan ketinggian air 10 centimeter hingga 40 centimeter), Jakarta Utara (satu RT dengan ketinggian air 20 centimeter hingga 50 centimeter), dan Jakarta Pusat (satu RT dengan ketinggian air 20 centimeter).

"Empat lokasi yang dipersiapkan untuk pengungsian adalah Mushola Riyadhul Saadah di Kelurahan Kembangan Utara, PT Delta Laras Wisata di RW 07 Kelurahan Rawajati, Puskesmas Rawajati 2 di RW 07 Kelurahan Rawajati, dan halaman rumah dinas RW 07 di Kelurahan Rawajati," jelasnya.

Pada Selasa pukul 06.00 WIB, genangan masih terjadi di beberapa titik di Jakarta Barat, antara lain Kecamatan Palmerah, Kecamatan Kebon Jeruk, Kecamatan Grogol, Kecamatan Kembangan, dan Kecamatan Cengkareng. Sebaran titik genangan paling banyak terjadi di Kecamatan Cengkareng dengan ketinggian antara 10 centimeter hingga 30 centimeter.

Banjir di DKI Jakarta terjadi akibat hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi pada Senin (21/9) sejak pukul 18.30 WIB. Hujan terjadi di sejumlah wilayah di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.

Banjir akibat luapan Kali Ciliwung yang melanda enam RT di RW 07 dan RW 11 Bidara Cina, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, mulai surut pada Selasa pagi. "Sejak pukul 08.00 WIB air mulai surut, rata-rata berkurang 110 centimeter permukaan airnya," kata Lurah Bidara Cina Dadang Yudi.

Menurut Dadang, air dari luapan Kali Ciliwung yang melintas di wilayah itu terjadi pukul 04.30 WIB dan mencapai puncak tinggi muka air sekitar pukul 06.00 WIB setinggi 40-70 centimeter.

Data dari Kelurahan Bidara Cina menyebutkan, banjir melanda RT 06, RT 10, RT 11, RT 12 dan RT 13 di RW 11. Sedangkan di RW 07 terjadi di RT 05.

"Total 41 kepala keluarga yang terdampak banjir. Kalau dihitung jumlah jiwa ada 121 orang," katanya.

Terhadap korban, pihak kelurahan bersama Dinas Sosial mendistribusikan bantuan nasi kotak (boks) serta perlengkapan kebutuhan balita. Petugas gabungan TNI-Polri melakukan pengawasan di lokasi banjir untuk memastikan kondisi warga yang terdampak dalam situasi aman. "Korban luka atau jiwa nihil," katanya.

Luapan Kali Ciliwung di Kelurahan Pengadegan hingga pukul 08.35 WIB berangsur surut dengan ketinggian kurang dari 50 centimeter. Meski banjir mulai surut, sebanyak 23 warga masih bertahan di Rusunawa Pengadegan.

"Hingga Subuh air sudah berangsur surut, sebagian warga yang mengungsi sudah pulang ke rumah masing-masing, yang tersisa sekarang ada 16 kepala keluarga terdiri dari 23 jiwa yang masih bertahan di Rusunawa Pengadegan," ujar Camat Pancoran Rizki Adhari Jusal.

photo
Sejumlah kendaraan melewati genangan air di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Senin (21/9). Hujan deras yang mengguyur wilayah Ibu Kota menyebabkan genangan air di sejumlah jalan protokol sehingga menghambat laju kendaraan yang melintas. Republika/Putra M. AKbar - (Republika/Putra M. Akbar)

Sebanyak 505 jiwa warga Kelurahan Pengadegan sempat mengungsi di empat lokasi menyusul meluapnya Kali Ciliwung akibat meningkatnya debit muka air di Bendung Katulampa yang berstatus Siaga I Banjir. Imbas kenaikan muka air Ciliwung tersebut mulai dirasakan warga hilir Jakarta pada Selasa dini hari. Air berangsur naik dengan ketinggian mencapai 50 cm.

Pihak Kecamatan Pancoran telah mengimbau warga untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman sejak Senin malam, dengan membuka GOR serta Rusunawa Pengadegan sebagai tempat penampungan warga. Hingga Selasa pukul 00.01 WIB, tercatat ada 505 jiwa warga yang mengungsi sementara, dengan rincian di GOR Pengadegan sebanyak 253 jiwa, Rusunawa Pengadegan 85 jiwa, SD Pengadegan 19 jiwa dan Madrasah Pengadegan 175 jiwa.

Rizki mengatakan seiring menyusutnya gebangan, warga mulai meninggalkan pengungsian di GOR, SD dan Madrasah.

"SD dan madrasah sudah kosong, di GOR Pengadegan berangsur pulang," kata Rizki.

Selain di Kelurahan Pengadegan, genangan akibat luapan Kali Ciliwung juga terjadi di Kelurahan Rawajati (Kecamatan Kalibata), Kelurahan Pejaten Timur (Kecamatan Pasar Minggu), dan Kelurahan Kebon Baru (Kecamatan Tebet). Ketinggian air tiap-tiap wilayah berbeda, maksimal 50 cm hingga 20 cm. Air mulai naik Subuh pukul 04.00 WIB dan berangsur surut pukul 07.00 WIB.

Camat Tebet, Dyan Air Langga menyebutkan genangan tidak menyebabkan warga mengungsi, karena hanya limpasan sesaat dan sudah berangsur surut. "Warga memilih bertahan di lantai dua rumahnya, saat ini air berangsur surut," kata Dyan.

Hal senada juga disampaikan Lurah Pejaten Timur, HM Rasyid Darwis. Air luapan Kali Ciliwung di wilayahnya sudah berangsur surut mulai pukul 06.00 WIB.

Tadi malam, Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto, memantau situasi Bendung Katulampa yang sempat mencapai 250 cm atau siaga satu. Bima juga berkoordinasi dengan Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan, untuk memberikan informasi terkini mengenai kondisi Bendung Katulampa melalui saluran video call.

“Tadi sempat Siaga 1 lumayan lama sekitar 15 menit. Sekarang mulai turun, kalau ini turun terus Insya Allah terkendali. Tapi teman-teman di Jakarta sepertinya perlu siaga, Pak Gub. Sekitar 12 jam air akan sampai ke sana. Berarti besok pagi kira-kira sampai,” ungkap Bima kepada Anies, Senin malam.

Bima mengatakan, Anies sempat bertanya mengenai berapa lama Siaga 1 bertahan. Sebab hal tersebut menentukan kondisi banjir di DKI Jakarta. Setelah dijelaskan kronologis kenaikan tinggi muka air (TMA), Bima mengungkapkan kondisi Anies tergolong sudah siaga.

Meskipun sekitar pukul 19.40 TMA sudah turun hinggal level Siaga 3 dengan ketinggian 120 cm, Bima meminta warga Bogor yang berada di lintasan Sungai Ciliwung untuk tetap waspada dan siaga. Bima juga meminta BPBD Kota Bogor, Camat hingga Lurah untuk turun ke lapangan memonitor warga dan melaporkan kondisi. Khususnya di 13 kelurahan di Kota Bogor yang dilintasi sungai Ciliwung.

“Ingatkan warga dan pastikan keselamatan warga,” ujarnya.

photo
Warga memotret derasnya debit air sungai Ciliwung di Bendung Katulampa, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (21/9/2020). Tingginya intensitas curah hujan di wilayah Puncak, Kabupaten Bogor menyebabkan ketinggian muka air di Bendung Katulampa mengalami peningkatan hingga mencapai 250 cm atau status Siaga 1 sehingga warga di bantaran Sungai Ciliwung diminta untuk waspada. - (Antara/Arif Firmansyah)

Tinggi muka air di Bendung Katulampa pagi ini kembali ke posisi normal atau Siaga 4. “TMA (tinggi muka air) 20 cm normal, cuaca mulai cerah,” ujar Kepala Bendung Katulampa, Andi Sudirman ketika dikonfirmasi, Selasa (22/9).

Sebelumnya Bendung Katulampa pada Senin (21/9) malam sekitar pukul 18.25 berada di angka 250 cm dan mencapai Siaga 1. Andi mengatakan, TMA Sungai Ciliwung berangsur surut setelah dalam posisi Siaga 1.

“Sejak Selasa dini hari, TMA berangsur surut pukul 02.00 setinggi 50 sentimeter. Pada pukul 04.00 hingga pukul 07.00, TMA masih berada di posisi 20 sentimeter,” jelasnya.

BMKG mengimbau masyarakat agar mewaspadai potensi cuaca ekstrem. Kondisi hujan tidak merata dapat terjadi dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat di masa pancaroba.

"Pada masa peralihan musim ini, perlu diwaspadai potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, bahkan fenomena hujan es," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto.

BMKG telah mengeluarkan informasi prakiraan awal musim hujan tahun 2020, prediksinya sebagian besar wilayah Indonesia akan memasuki periode awal musim hujan mulai akhir Oktober-November 2020. Selama September-Oktober, periode peralihan musim (pancaroba) dari kemarau ke penghujan masih berlangsung di beberapa wilayah Indonesia.

BMKG memprediksikan dalam periode sepekan kedepan, hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir berpotensi terjadi di sejumlah wilayah. Yaitu pada 22-24 September di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua.

Periode 25-28 September hujan intensitas lebat diprediksi terjadi di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement