Kamis 17 Sep 2020 16:48 WIB

Mahasiswa UB Manfaatkan Kulit Apel Jadi Beras Analog

Limbah kulit apel sangat melimpah di Malang namun belum dimanfaatkan.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Dwi Murdaningsih
Kemasan beras analog kulit apel.
Foto: Humas UB
Kemasan beras analog kulit apel.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sejumlah mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP), Universitas Brawijaya (UB) Kota Malang memanfaatkan limbah kulit apel menjadi beras analog. Kegiatan ini diberikan melalui pelatihan kepada ibu-ibu PKK di Desa Tulungrejo, Kota Batu, Jawa Timur (Jatim).

Koordinator Tim BENKAP M Mukasyafatul Asror, mengatakan, Desa Tulungrejo, Batu dikenal memiliki beberapa UMKM Keripik Apel cukup besar. Sebagian warganya bekerja sebagai pekerja atau buruh pengupas kulit apel.

Baca Juga

"Tapi masyarakat di daerah tersebut belum produktif dalam peningkatan ekonomi," kata Asror.

Di samping itu, proses produksi keripik apel akan menimbulkan limbah kulit apel yang menumpuk. Potensi limbah kulit apel sehari menghasilkan 40 kilogram (kg).

Sebagian masyarakat hanya memanfaatkan limbah kulit apel sebagai pakan hewan ternak dan sisanya dibuang begitu saja. Jika kebiasaan tersebut masih berlangsung, maka akan berdampak besar pada lingkungan dan kesehatan warga desa.

Menurut Asror, kulit apel memiliki banyak kandungan untuk dijadikan olahan produk yang ekonomis dan bermanfaat. Rendahnya pengetahuan mengenai pengolahan kulit apel menyebabkan masyarakat tidak mengetahui manfaat kulit tersebut.

Asror bersama Arva Saktia Zulemita , Esthy Dwi Anggraeni, Erni Wahyu Wijayanti, Husna Atikah dan Rizal Nur Alfian di bawah bimbingan dosen Joko Prasetyo mencoba  memaksimalkan potensi kulit apel dengan memberikan pelatihan pembuatan Beras Analog Kulit Apel (BENKAP).

Proses pembuatan BENKAP cukup mudah. Masyarakat hanya perlu melakukan fortifikasi tepung kulit buah apel dan bahan-bahan lain. Lebih rinci, tim pertama-tama meminta warga mengeringkan kulit apel dengan oven. Langkah ini untuk memudahkan dalam proses pembuatan tepung kulit apel.

Kemudian dilakukan proses pencampuran dengan fortifikasi tepung lain seperti sorgum, meizena dan lain-lain serta larutan GMS. Dari proses ini, warga mendapatkan adonan yang kemudian dipotong menggunakan

noodle maker dan gunting. Setelah itu, adonan dikeringkan dan disimpan di kemasan dengan berat bersih 250 gram.

Menurut Astor, BENKAP memiliki kandungan protein dan antioksidan tinggi yang dapat mencegah kanker dan diabetes. Kemudian bisa meningkatkan daya tahan tubuh untuk mengurangi risiko terpaparnya virus dan bakteri.

Saat ini program BENKAP masih berlanjut dan akan terus dikembangkan di Desa Tulungrejo. Tujuannya, untuk mencapai peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. "Melalui program ini, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Tulungrejo dengan penjualan produk BENKAP sebesar Rp 3.200.640 per bulan," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement