Senin 14 Sep 2020 13:21 WIB

Ini Pesan Menko Perekonomian untuk Mahasiswa Baru IPB

Mahasiswa perlu menguasai digitalisasi dan literasi digital.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto memberikan Kuliah Umum untuk mahasiswa baru IPB University, Ahad (13/9).
Foto: Dok IPB University
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto memberikan Kuliah Umum untuk mahasiswa baru IPB University, Ahad (13/9).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- IPB University melalui Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) dan Direktorat Pendidikan Kompetensi Umum (PKU) menggelar Kuliah Umum  Mata Kuliah Pengantar Ekonomi bagi mahasiswa baru IPB University angkatan 57 secara daring. Tema yang diangkat adalah Peluang dan Tantangan Ekonomi Indonesia Post Pandemi: Prospek Sektor Pertanian dan Ekonomi Kreatif. 

Kuliah umum disampaikan oleh Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Dr (HC) Ir Airlangga Hartarto, MT, MBA, Ahad (13/9). 

Rektor IPB University, Prof Dr Arif Satria dalam pengantarnya mengatakan bahwa pada masa pandemi, perekonomian Indonesia mendapat tantangan tersendiri untuk mencapai kemandirian pangan. Rektor berharap kuliah umum ini dapat memberikan pandangan akan prospek perekonomian Indonesia serta mengarahkannya bagi jangka pendek maupun jangka panjang baik dalam memperkuat pembangunan di bidang pertanian maupun hidang lainnya.

“Saya juga berharap mahasiswa IPB University bisa terus meng-update perkembangan yang ada, sehingga mahasiswa mempunyai wawasan makro yang baik dan bisa memahami  peta konstelasi bagaimana posisi pertanian dalam arti luas dalam dinamika Indonesia sampai hari ini maupun ke depan. Pada masa pandemi ini sektor pertanian terbukti mampu menunjukkan kinerja yang baik,” kata Prof Satria dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Sebagai pembicara utama, Menko Bidang Perekonomian, Dr (HC) Ir Airlangga Hartanto, MT, MBA menyampaikan pentingnya pengetahuan perdagangan di era globalisasi bagi generasi muda terutama mahasiswa. Ia mengatakan bahwa penting bagi negara untuk menunjang sektor pertanian, perhutanan dan perikanan sebagai sektor terbesar yang menyumbang pertumbuhan Indonesia.   

"Di kuartal kedua (Q2) pertumbuhan ekonomi Indonesia negatif 5,3 dan akhir tahun 2020 diperkirakan sekitar negatif 1 sampai 0,2.  Kita optimis pada tahun depan akan tumbuh  4,5 – 5,5 persen, menurut lembaga internasional seperti IMF dan World Bank. Kondisi tersebut  diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan petani di masa mendatang karena saat ini nilai tukar petani masih rendah akibat pandemi, " jelasnya.

Lebih lanjut dikatakannya, intervensi teknologi dalam sistem pertanian yang lebih modern juga penting untuk menunjang produktivitas secara signifikan.  "Pengembangan food estate di Kalimantan Tengah hingga pembangunan mangrove secara berkelanjutan untuk menggali potensi pertanian, perikanan,  maupun perkebunan menjadi langkah penting untuk mendongkrak perekonomian dan ketahanan pangan Indonesia," jelasnya. 

Ia juga mengatakan bahwa penting bagi mahasiswa untuk mengetahui instrumen keuangan Green Sukuk karena memiliki potensi pasar yang besar.  Potensi sebesar 130 miliar dolar AS dari sektor digitalisasi,  menurutnya,  juga perlu diperhatikan.

Dengan menggandeng generasi muda sebagai The future of work untuk mempelajari bahasa coding dalam memahami bahasa digital, ia optimistis  bahwa langkah tersebut akan membawa perekonomian Indonesia lebih baik lagi.

“Harapan kepada adik-adik mahasiswa, menjadi penting untuk menguasai digitalisasi.  Tantangan utamanya adalah bagaimana upaya yang dilakukan secara bersama ini dilakukan, karena pada dasarnya pekerjaan secara daring lebih sulit daripada luring. Maka dari itu, pemerintah memerlukan pendapat dari berbagai ahli bagi perbaikan serta transformasi pada berbagai sektor untuk mengatasi sektor-sektor yang terdampak akibat pandemi, " ungkapnya.

Ia juga berharap agar mahasiswa dapat menguasai literasi digital apapun bidang yang digeluti untuk turut membantu pemerintah mengatasi dampak-dampak pandemi. 

Pada kuliah umum ini bertindak sebagai moderator adalah Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB University, Prof Dr Nunung Nuryartono.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement