Sabtu 12 Sep 2020 23:46 WIB

BMKG: Intensitas Curah Hujan Menurun di Sumbar

Curah hujan cenderung menurun dengan intensitas hujan ringan hingga sedang

Hujan deras/ilustrasi
Foto: Flickr
Hujan deras/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Minangkabau Padang Pariaman memperkirakan intensitas hujan kembali menurun di sejumlah wilayah Sumatera Barat hingga beberapa hari ke depan.

Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Minangkabau Yudha Nugraha  hingga beberapa hari ke depan terhitung sejak 12 hingga 14 September 2020, curah hujan cenderung menurun dengan intensitas hujan ringan hingga sedang di sejumlah wilayah Sumbar, termasuk juga di Kota Padang.

"Kondisi hujan sedang tersebut diperkirakan lebih dominan terjadi pada sore hingga malam hari di wilayah Sumatera Barat, terutama di wilayah pesisir Padang, Padang Pariaman, Kabupaten Solok, dan Solok," kata dia.

Yudha mengatakan saat ini cuaca di Sumbar masih cenderung berawan dengan kelembapan udara berkisar 65 sampai 95 persen dan suhu udara berkisar antara 16 sampai 31 derajat celsius.

"Saat ini intensitas hujan sudah mulai berkurang. Namun sebelumnya curah hujan sempat meningkat pada Kamis (10/9) lalu, di kota Padang mencapai 170 mm tepatnya di Khatib Sulaiman. Termasuk kategori curah hujan yang sangat ekstrem dan menyebabkan terjadinya banjir di Kota Padang," kata dia.

Ia memperkirakan kondisi cuaca saat ini hingga beberapa hari ke depan relatif stabil. Namun hujan ringan hingga sedang masih tetap terjadi pada sore hingga malam hari.

"Berdasarkan data BMKG intensitas hujan beberapa waktu lalu mencapai 252 mm dalam kurun waktu enam jam. Ini sudah termasuk kategori sangat ekstrim. Karena batas kategori ekstrem hanya mencapai 150 mm," kata dia.

Ia mengatakan curah hujan beberapa waktu lalu menyebabkan terjadinya pohon tumbang, longsor, dan banjir di beberapa wilayah seperti di Bungus, Kuranji dan Lubuk Kilangan berdasarkan informasi yang dihimpun dari BPBD Kota Padang.

Lebih lanjut ia mengatakan awal mula terjadinya hujan disebabkan karena adanya akumulasi uap air atau massa udara basah yang terjadi terus menerus. Kemudian setelah mencapai puncak dan titik jenuhnya, tentu akan turun hujan dengan intensitas lebat.

"Bisa dikatakan massa udara basah kemarin sudah sangat masif tingkatnya, sehingga terjadi hujan yang lebat. Terjadinya kondisi tersebut biasa membutuhkan waktu. Sehingga menunggu fase mengumpulkan uap air untuk kembali menjadi awan," kata dia.

Menurut dua pada September 2020 memang terjadi peningkatan curah hujan di mana puncaknya terjadi pada Kamis (10/9).

Ia memperkirakan pada September ini intensitas curah hujan bulanan berkisar tinggi hingga sangat tinggi yaitu 300-400 mm per bulan. Bahkan sudah masuk kategori yang cukup tinggi.

"Itu berarti jika semakin tinggi curah hujan, maka akan semakin tinggi peluang terjadinya kondisi hujan yang dikatakan ekstrem. Namun pada 10 hari kedua September cuaca cenderung normal," ujar dia.

Lebih lanjut ia mengatakan pada Oktober mendatang diperkirakan masih dalam kategori curah hujan bulanan. Termasuk pada kategori tinggi hingga sangat tinggi dengan curah hujan berkisar 200-400 mm yang terjadi di wilayah Pesisir Barat, Sumbar.

Ia mengimbau agar masyarakat lebih waspada terutama bagi masyarakat yang berada di daerah rawan terjadinya longsor dan banjir.

"Kami mengimbau agar masyarakat lebih meningkatkan kewaspadaan," kata dia.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement