Rabu 09 Sep 2020 19:51 WIB

Warga Kepulauan Talaud Sempat Panik Saat Gempa M 5,7

Getaran kuat membuat warga panik dan berhamburan keluar rumah. 

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Agus Yulianto
Gempa (ilustrasi)
Foto: republika
Gempa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara melaporkan warganya sempat panik saat gempa magnitudo 5,7 terjadi pada Rabu (9/9), pukul 14.18 WIB. Pusat gempa berada di kedalaman 74 kilometer (km). 

Menurut Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati, guncangan gempa dirasakan warga selama 3 hingga 5 detik di Kecamatan Melonguane, Kepulauan Talaud. "Getaran kuat membuat warga panik dan berhamburan keluar rumah. BPBD masih melakukan kaji cepat di lapangan pascagempa siang ini," katanya seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Rabu (9/9).

Dia menyebutkan, pusat gempa berada di darat pada jarak 11 kilometer (km) arah timur laut laut dari Melonguane, Kabupaten Talaud, Sulawesi Utara. Berdasarkan hasil pemodelan, gempa tidak berpotensi tsunami.

Laporan sementara BPBD Kabupaten Kepulauan Talaud mencatat kerusakan rumah di Kecamatan Pulutan sejumlah empat unit. Berdasarkan analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dia melamjutkan, guncangan gempa yang diukur dengan skala MMI atau Modified Mercalli Intensity menunjukkan Sangihe II MMI dan Melonguane III – IV MMI. 

Skala III MMI memberikan gambaran getaran dirasakan nyata dalam rumah dan getaran dirasakan seolah-olah ada truk berlalu di sekitar kita. Sedangkan IV MMI menunjukkan situasi yang dirasakan oleh banyak warga di dalam rumah, di luar oleh beberapa orang serta gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi. 

Sementara Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono menyebutkan, dalam rilisnya bahwa berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat aktivitas subduksi lempeng Laut Maluku. 

“Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan naik atau thrust fault,” ujar Triyono dalam keterangan pers, Rabu (9/9).Hasil monitoring BMKG menunjukkan gempa susulan berjumlah tiga kali hingga pukul 15.06 WIB.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement