Senin 24 Aug 2020 15:16 WIB

10 Ribu Tentara India Ditarik dari Kashmir

Situasi kondusif, tentara India ditarik dari Srinagar dan Kashmir

Seorang anak lelaki Muslim Kashmir melarikan diri untuk keselamatan dengan mengangkat tangannya di lokasi konflik di daerah pusat kota Srinagar, Kashmir, India, Selasa (19/5). Menurut laporan setempat, dua gerilyawan tewas dan dua personil keamanan terluka dalam persitiwa baku tembak itu
Foto: EPA-EFE/FAROOQ KHAN
Seorang anak lelaki Muslim Kashmir melarikan diri untuk keselamatan dengan mengangkat tangannya di lokasi konflik di daerah pusat kota Srinagar, Kashmir, India, Selasa (19/5). Menurut laporan setempat, dua gerilyawan tewas dan dua personil keamanan terluka dalam persitiwa baku tembak itu

REPUBLIKA.CO.ID, SRINIGAR, JAMMU, dan KASHMIR -- Setidaknya 10.000 tentara paramiliter India akan keluar dari wilayah Jammu dan Kashmir yang dikelola India.

Menurut Press Trust of India (PTI), keputusan tersebut diambil oleh Kementerian Dalam Negeri India setelah meninjau penempatan Central Armed Police Forces (CAPFs) di wilayah tersebut. Laporan itu menyebutkan bahwa CAPF telah diperintahkan untuk "segera" menarik diri dari Jammu dan Kashmir.

"Keputusan itu sejalan dengan perkembangan situasi yang membaik di Jammu dan Kashmir," kata seorang pejabat daerah kepada Anadolu Agency.

Sebelumnya, pada Mei, India menarik 10 kompi pasukan keamanan dari wilayah tersebut. Dan tahun lalu, New Delhi mengerahkan ribuan pasukan ke Jammu dan Kashmir, karena khawatir dengan reaksi balasan terkait pencabutan otonomi khusus di wilayah itu.

 

Otoritas India juga memutus jaringan internet selama hampir enam bulan. Sebagian wilayah Kashmir dikuasai oleh India dan Pakistan, tetapi diklaim oleh keduanya secara penuh.

Sejak dipartisi pada 1947, Pakistan dan India telah berperang tiga kali - pada 1948, 1965, dan 1971 - dua di antaranya memperebutkan Kashmir. Beberapa kelompok Kashmir di Jammu dan Kashmir telah berperang melawan kekuasaan India untuk memerdekakan diri atau bersatu dengan Pakistan.

Menurut sejumlah organisasi hak asasi manusia, ribuan orang dilaporkan tewas akibat konflik di wilayah tersebut sejak 1989.

 

ANALISIS - Pihak yang diuntungkan dan dirugikan dari ledakan di Beirut

 


 

Sekolah lewat radio komunitas, menembus keterb

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement