Senin 24 Aug 2020 15:01 WIB

Petani Melon Cilegon Raih Untung Dibantu Penyuluh Kostratani

Petani Cilegon yang juga menanam padi meraih untung dua kali lipat dari Melon

Petani memanen buah melon (ilustrasi). Petani asal Cilegon, Banten, Ali Muiz bisa meraup laba dua kali lipat dari biaya produksi menanam melon. Ia mengaku dengan modal Rp 11 juta bisa meraih untung Rp 23,5 juta.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Petani memanen buah melon (ilustrasi). Petani asal Cilegon, Banten, Ali Muiz bisa meraup laba dua kali lipat dari biaya produksi menanam melon. Ia mengaku dengan modal Rp 11 juta bisa meraih untung Rp 23,5 juta.

REPUBLIKA.CO.ID, CILEGON -- Petani asal Cilegon, Banten, Ali Muiz bisa meraup laba dua kali lipat dari biaya produksi menanam melon. Ia mengaku dengan modal Rp 11 juta bisa meraih untung Rp 23,5 juta.

Petani padi ini menanam varietas Golden Alisha seluas 0,1 hektar dengan hasil 2,3 ton melon. Jual di ladang Rp 15 ribu per kg setelah panen kepada pengepul.

Ali Muiz, petani di Kelurahan Pabean, Kecamatan Purwakarta, Kota Cilegon didampingi penyuluh dari Dinas Pertanian Kota Cilegon, Dedi Septriyansa melaksanakan instruksi Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo bahwa pertanian tidak boleh berhenti meskipun di musim kemarau. 

Ali Muiz memilih menanam melon. Manfaatkan lahan bekas tanam padi, yang kerap dilakukan petani ketika selesai tanam padi di musim gadu. Diketahui, pengolahan lahan untuk menanam melon tidak rumit. Asal tersedia saluran-saluran air sedalam 30 cm. Kendati begitu, melon sebagai buah komersial menuntut perhatian ekstra lantaran penikmatnya mengutamakan cita rasa bukan sekadar ukuran buah.

Ali Muiz didampingi penyuluh Dedi Septriyansa memilih melon varietas Golden Alisha untuk ditanam pada lahan seluas 1.000 meter. Penyuluh Dedi melaksanakan perannya selaku bagian integral dari Komando Strategis Pembangunan Pertanian (KostraTani) di tingkat kecamatan melalui Balai Penyuluhan Pertanian (BPP).

"Modal besar. Risiko tinggi. Perawatan ekstra. Ternyata berbanding lurus dengan hasil produksi yang diraih Ali Muiz. Luas tanam 0,1 hektar menghasilkan 2,3 ton melon. Produktifitas tinggi mendorongnya menanam melon hingga ketiga kalinya," menurut keterangan tertulis dari Pusat Penyuluhan Pertanian (Pusluhtan BPPSDMP).

Ali Muiz, anggota kelompok tani (Poktan) Karya Muda Mandiri kembali menangguk laba besar pada panen kedua. Keuntungan tersebut mendorong Ali Muiz menanam melon untuk ketiga kalinya. Saat ini tanaman melonnya telah berumur 45 hari. Rencana panen setelah usia tanam 60 hari.

Penyuluh pusat Kementerian Pertanian RI, Susilo Astuti Handayani selaku pendamping kegiatan penyuluhan pertanian di Provinsi Banten melaporkan kegiatan tanam melon tak mengganggu kinerja Ali Muiz menanam padi sebagai komoditas utama, hasil panen melon malahan menambah pendapatan keluarganya.

Pendampingan penyuluh Dedi Septriyansa tidak sia-sia lantaran hasil laba Ali Muiz dari panen melon mencapai Rp 23,5 juta dalam jangka waktu dua bulan.

Hal itu sesuai dengan arahan Mentan Syahrul bahwa usaha tani harus menguntungkan petani. "Kalau petani untung besar maka banyak orang berbondong-bondong kembali bertani, karena faham pertanian memberi keuntungan," ungkap dia.

Arahan Mentan Syahrul digarisbawahi Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi bahwa petani harus paham tentang hukum permintaan dan penawaran untuk mencegah kerugian saat panen, yang kerapkali membuat petani merugi setelah panen lantaran meningkatnya suplai produksi ke pasar.

Sementara dari sisi penanaman, kata Dedi, petani harus mengetahui jenis varietas unggul yang mendatangkan hasil maksimal, dengan merawat tanaman ´layaknya bayi´. "Bedanya, tanaman tidak bisa bicara maka petani harus mampu memahaminya sehingga mendatangkan hasil sesuai harapan."

Menurutnya, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian akan menggerakkan BPP selaku KostraTani dengan melibatkan seluruh unit pelaksana teknis (UPT) di BPPSDMP Kementan untuk menggelar aneka bimbingan teknis dan pelatihan kepada penyuluh dan petani sehingga terjadi replikasi dalam mencapai target pertanian maju, mandiri dan modern.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement