Jumat 07 Aug 2020 17:42 WIB

Khofifah Tekankan Pentingnya Penggunaan Masker

26 juta masker akan disalurkan ke seluruh warga yang ada di Jatim

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Esthi Maharani
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) RI, Tito Karnavian meluncurkan gerakan 26 juta masker se-Provinsi Jawa Timur di Pendopo Agung Kabupaten Malang, Jumat (7/8).
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) RI, Tito Karnavian meluncurkan gerakan 26 juta masker se-Provinsi Jawa Timur di Pendopo Agung Kabupaten Malang, Jumat (7/8).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa menekan pentingnya menggunakan masker dalam menghadapi Covid-19. Untuk itu, 26 juta masker akan disalurkan ke seluruh warga, baik yang berdomisili di daerahnya maupun pengunjung.

"Yang ada di sini harus sehat. Orang terlindungi dengan masker jangan sampai menularkan dan tertular," ucap Khofifah saat memberikan sambutan dalam peluncuran gerakan 26 juta masker di Pendopo Agung Kabupaten Malang, Jumat (7/8).

Saat ini jumlah kesembuhan Covid-19 di daerahnya telah mencapai 16.732 orang. Capaian ini berkat kerja keras, profesional dan dedikasi yang luar biasa dari tenaga kesehatan. Kemudian juga termasuk usaha para relawan di 127 rumah sakit rujukan Covid-19 di Jatim.

Menurut Khofifah, persentase tingkat kesembuhan Covid-19 di Jatim mencapai 69,33 persen. Angka ini sudah 5,6 persen di atas presentase kesembuhan nasional. Oleh karena itu, ia akan berusaha mendorong masyarakat mengenakan masker sehingga terlindungi dari virus corona.

 

Pemprov Jatim juga tengah berusaha menurunkan angka kematian Covid-19. Pembentukan tim audit menjadi salah satu cara menganalisis penyebab kematian terbesar di Jatim. Hasilnya diketahui penyakit penyerta diabetes menjadi penyebab utama kematian Covid-19 di Jatim.

"Maka, kami minta jaga betul yang komorbid jangan sampai positif yang jadi penyebab kematian," katanya.

Bupati Malang, M Sanusi mengaku telah berusaha mendorong masyarakat tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan. Bahkan, ia mengklaim sudah melibatkan banyak pihak termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI). Di setiap khutbah misalnya selalu diimbau agar menggunakan masker dan menolak salaman.

"Karena salaman ini bisa jadi media penularan," ungkap Sanusi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement