Selasa 28 Jul 2020 18:04 WIB

Kinerja Bank BJB Tumbuh di Triwulan II-2020

Di tengah pandemi, Bank BJB berhasil mendulang laba bersih Rp 808 miliar.

Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi memimpin Analyst Meeting Triwulan II 2020 Bank BJB, di Menara Bank BJB, Jalan Naripan, Kota Bandung, Selasa (28/7). Bank BJB menorehkan prestasi berhasil mempertahankan pertumbuhan positif sepanjang Triwulan II 2020. Pertumbuhan positif tersebut berhasil diperoleh berkat respon cepat perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan situasi bisnis saat pandemi.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi memimpin Analyst Meeting Triwulan II 2020 Bank BJB, di Menara Bank BJB, Jalan Naripan, Kota Bandung, Selasa (28/7). Bank BJB menorehkan prestasi berhasil mempertahankan pertumbuhan positif sepanjang Triwulan II 2020. Pertumbuhan positif tersebut berhasil diperoleh berkat respon cepat perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan situasi bisnis saat pandemi.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Di tengah pandemi, Bank BJB berhasil menorehkan prestasi. Tercatat, Bank BJB  berhasil memperoleh laba bersih sebesar Rp 808 miliar pada triwulan II 2020. Angka laba itu menjadi salah satu laporan direksi dalam analyst meeting triwulan II 2020 Bank BJB di Menara Bank BJB, Jalan Naripan 12-14, Kota Bandung, Selasa (28/7).

photo
Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi memimpin Analyst Meeting Triwulan II 2020 Bank BJB, di Menara Bank BJB, Jalan Naripan, Kota Bandung, Selasa (28/7). Bank BJB menorehkan prestasi berhasil mempertahankan pertumbuhan positif sepanjang Triwulan II 2020. Pertumbuhan positif tersebut berhasil diperoleh berkat respon cepat perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan situasi bisnis saat pandemi. - (Edi Yusuf/Republika)

Melalui analyst meeting Q2-2020 disampaikan pula total nilai aset yang dimiliki Bank BJB yang tumbuh sebesar 3,8 persen year on year (yoy), atau menjadi menjadi Rp 125,3 triliun. Sementara pada sektor kredit yang menjadi salah satu penopang pertumbuhan laba, tumbuh 9,8 persen yoy.

Pertumbuhan kredit itu berada di atas rata-rata industri perbankan nasional, yakn per April 2020 yaitu sebesar 5,82 persen. Total kredit yang disalurkan Bank BJB hingga triwulan II 2020 mencapai Rp 85,8 triliun.

Sementara tingkat risikonya dapat terkelola dengan baik, yang mencerminkan terjaganya kualitas penyaluran kredit perusahaan dengan rasio kredit macet (non performing loan/NPL) di angka 1,6 persen, atau turun 14 poin yoy.

Catatan NPL ini jauh lebih rendah ketimbang catatan kredit macet rata-rata bank nasional, yang hingga April 2020 mencapai 2,89 persen. Bahkan, NPL Bank BJB itu lebih baik dibandingkan dengan NPL triwulan sebelumnya yang 1,65 persen.

Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi mengatakan, catatan positif yang dibubuhkan perseroan ini diperoleh berkat respons cepat perusahaan dalam  beradaptasi dengan perubahan situasi bisnis. ‘’Keberhasilan mempertahankan tren pertumbuhan di tengah situasi serba menantang seperti saat ini, juga ikut didorong solidnya kondisi internal perusahaan,’’ ujarnya.

Yuddy mengungkapkan, setiap bagian di Bank BJB saling berbagi peran dalam mendorong semua lini usaha, agar tetap dapat menorehkan pertumbuhan berkualitas. Pertumbuhan positif ini, kata dia, diikuti dengan upaya perseroan untuk mendukung langkah pemerintah dalam agenda percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Seperti diketahui, papar dia, Bank BJB baru saja mendapat kepercayaan untuk menjadi salah satu bank penerima simpanan dana pemerintah. Perusahaan akan menggunakan dana tersebut, untuk disalurkan kepada sektor-sektor produktif baik ke segmen UMKM atau komersial.

Dukungan bank bjb tersebut, lanjut dia, diharapkan dapat mendorong gairah ekonomi masyarakat, yang sempat melemah karena pandemi Covid-19. Langkah ini, lanjut Yuddy,  melengkapi rentetan dukungan Bank BJB lainnya dalam mengatasi dampak ekonomi karena Covid-19.

Yuddy menegaskan, Bank BJB tercatat sebagai salah satu yang paling awal dalam merestrukturisasi kredit kepada nasabah yang terdampak Covid-19. Perseroan juga tetap menyelenggarakan kegiatan pembinaan pelaku usaha, khususnya pelaku UMKM via Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (PESAT), dan program lainnya dengan tetap menjalankan protokol kesehatan.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement