Selasa 28 Jul 2020 13:25 WIB

Presiden Rusia dan Turki Diskusi Termasuk Bahas Libya

Presiden Turki dan Rusia telah melakukan perbincangan membahas berbagai masalah

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bersama Presiden Rusia Vladimir Putin. Presiden Turki dan Rusia telah melakukan perbincangan membahas berbagai masalah via telepon, Senin (27/7). Ilustrasi.
Foto: Kremlin Pool Photo via AP
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bersama Presiden Rusia Vladimir Putin. Presiden Turki dan Rusia telah melakukan perbincangan membahas berbagai masalah via telepon, Senin (27/7). Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Direktorat Komunikasi Turki mengatakan Presiden Turki dan Rusia telah melakukan perbincangan membahas berbagai masalah melalui sambungan telepon, Senin (27/7) waktu setempat. Pembicaraan tersebut termasuk terkait hubungan bilateral dan perkembangan di kawasan itu.

"Presiden Recep tayyip Erdogan dan Presiden Vladimir Putin membahas hubungan bilateral, peningkatan ketegangan antara Azerbaijan dan Armenia, serta perkembangan terakhir di Libya dan Suriah," kata pernyataan direktorat dikutip laman Anadolu Agency, Selasa.

Baca Juga

Dalam perbincangannya, kedua pemimpin sepakat untuk mempertahankan kerja sama dan dialog mengenai hubungan bilateral dan masalah regional. Sejak April 2019, pasukan tidak sah panglima perang Khalifa Haftar telah melancarkan serangan terhadap ibu kota Libya Tripoli dan bagian lain Libya barat laut, yang mengakibatkan lebih dari 1.000 kematian, termasuk perempuan dan anak-anak sipil.

Namun, pemerintah Libya baru-baru ini meraih kemenangan signifikan, mendorong pasukan Haftar keluar dari Tripoli dan kota Tarhuna yang strategis. Pemerintah negara itu didirikan pada 2015 di bawah perjanjian yang dipimpin PBB, tetapi upaya penyelesaian politik jangka panjang gagal karena serangan militer oleh Haftar, yang telah didukung oleh Prancis, Rusia, UEA, dan Mesir.

PBB mengakui pemerintah Libya yang dipimpin oleh Fayez al-Sarraj sebagai otoritas sah negara itu, bukan Haftar. Suriah telah didera dalam perang saudara yang ganas sejak awal 2011 ketika rezim menindak protes pro-demokrasi dengan keganasan yang tak terduga.

Kekerasan rezim menyebabkan kematian dan pengungsian jutaan warga sipil Suriah. Hari ini, Turki berdiri sebagai negara tuan rumah pengungsi dunia dengan populasi Suriah sebesar 3,6 juta.

sumber : https://www.aa.com.tr/en/politics/turkish-russian-presidents-discuss-regional-issues/1924335
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement