Jumat 24 Jul 2020 14:55 WIB

Muslim Gaza Siap Sambut Idul Adha

Warga Gaza memadati pasar sambut Idul Adha.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Muslim Gaza Siap Sambut Idul Adha. Warga Palestina berbelanja di pasar. Ilustrasi
Foto: EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Muslim Gaza Siap Sambut Idul Adha. Warga Palestina berbelanja di pasar. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Idul Adha tahun ini akan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena pandemi Covid-19. Tapi hal ini nampaknya tidak berbeda bagi warga Gaza, Palestina yang tetap akan merayakan Idul Adha.

Dilansir di Gulf Times, Jumat (24/7), warga Gaza nampak memadati area pasar yang penuh dan sesak dengan berbagai macam barang dagangan seperti pakaian dan permen. Gaza nampak bebas dari pembatasan virus corona di mana banyak negara menerapkan pembatasan hingga karantina.

Baca Juga

Misalnya saja di jalur pantai seluas 360 Km, namun hanya memiliki sedikit akses ke dunia luar selama bertahun-tahun karena blokade yang dilakukan Israel. Bahkan orang Palestina menyebutnya seperti hidup dalam karantina permanen.

Sejauh ini tidak ada kasus yang tercatat di kota-kota dan kamp-kamp pengungsi, di mana terdapat dua juta penduduk Palestina tinggal. Meskipun sebelumnya sudah ada 75 kasus dan satu kasus kematian  di pusat karantina.

Para pendatang tetap harus karantina selama 21 hari di pusat-pusat karantina sebelum menuju Gaza. Tetapi di dalam Gaza sendiri, langkah-langkah pencegahan virus corona seperti penutupan restoran dan sekolah dan larangan pertemuan dalam jumlah besar telah dicabut. Karena itu untuk menyambut Idul Adha nanti, warga Gaza bersiap seperti biasanya. 

Kondisi ini tentu saja kontras dengan negara-negara Arab yang semakin menetapkan larangan selama Idul Adha. Bahkan jumlah jamaah haji pun dibatasi sangat ketat. Begitu juga Oman dan Irak yang telah menerapkan aturan jam malam selama liburan Idul Adha.

"Tuhan melindungi kami dari virus," kata Malkeya Abdallah (62 tahun), saat ia bersantai di pantai dekat Kota Gaza.

Kendati demikian, petugas medis Gaza tetap mengaku khawatir dengan risiko yang dikhawatirkan akan terjadi. Ditambah lagi dengan kondisi kemiskinan dan padatnya kamp-kamp pengungsi serta kapasitas rumah sakit untuk menampung pasien sangat terbatas.

"Kami melihat komunitas, mal, supermarket, ruang pernikahan, masjid, semuanya beraktivitas seperti biasa tanpa tindakan pencegahan apa pun," kata Direktur Kantor Organisasi Kesehatan Dunia Gaza, Abdelnaser Soboh.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement