Kamis 16 Jul 2020 16:23 WIB

Total Kasus Covid RI Berpotensi Lampaui China, Ini Saran IDI

Total positif Covid-19 di Indonesia telah mancapai angka 80 ribu kasus.

Rep: Ali Mansur, Sapto Andika Candra/ Red: Andri Saubani
Sejumlah tenaga kesehatan menggunakan alat pelindung diri lengkap saat jam pertukaran shift di rumah sakit rujukan Covid-19 RSUD Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (13/7). Kementerian Kesehatan menyebutkan per 8 Juli 2020, dari total anggaran insentif tenaga kesehatan Covid-19 sebesar Rp1,9 triliun telah menyalurkannya sebesar Rp284,5 miliar kepada 94.057 tenaga kesehatan baik yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan dan institusi kesehatan pusat. (ilustrasi)
Foto: Antara/Fauzan
Sejumlah tenaga kesehatan menggunakan alat pelindung diri lengkap saat jam pertukaran shift di rumah sakit rujukan Covid-19 RSUD Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (13/7). Kementerian Kesehatan menyebutkan per 8 Juli 2020, dari total anggaran insentif tenaga kesehatan Covid-19 sebesar Rp1,9 triliun telah menyalurkannya sebesar Rp284,5 miliar kepada 94.057 tenaga kesehatan baik yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan dan institusi kesehatan pusat. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Total kasus positif Covid-19 di Indonesia saat ini telah mencapai angka 80 ribu kasus dan berpotensi melampaui China dengan selisih sekitar 3.000 kasus. Saat China sudah berhasil melandaikan kurva Covid-19 mereka, Indonesia hingga kini masih mengalami tren kenaikan kasus dengan rata-rata jumlah kasus harian di atas 1.000 kasus baru.

Menanggapi fenomena itu Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Bidang Kesekretariatan, Protokoler dan Public Relation Halik Malik, mengatakan seiring dengan upaya penanggulangan pandemi Covid-19 Pemerintah perlu menjamin keberlanjutan kehidupan masyarakat.

Baca Juga

"Agenda pemulihan kegiatan masyarakat perlu disesuaikan dengan status epidemiologi atau laju penularan Covid-19 di setiap wilayah," ujar Halik, saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (16/7).

Dengan kata lain, lanjut dokter Halik, pola kegiatan masyarakat harus beradaptasi dengan dinamika penularan Covid-19. Jika derajat penularannya sudah rendah maka kegiatan masyarakat bisa dibuka atau dilonggarkan. Namun, apabila derajat penularan kembali tinggi maka kegiatan masyarakat harus kembali diketatkan atau dibatasi. Hanya saja, kondisi epidemiologi ini bervariasi antar wilayah dan sangat sulit untuk dihitung secara nasional.

"Disamping itu perhitungannya akan sangat bergantung pada kemampuan tes Covid-19 di setiap wilayah. Data epidemiologi per wilayah ini harus tersedia dan valid karena menjadi dasar pemulihan kegiatan masyarakat dan penerapan adaptasi kebiasaan (new normal) baru," tambahnya.

Indikator lainnya, sambung Halik, adalah sejauh mana kesiapan sistem kesehatan, baik kesiapan dalam deteksi kasus maupun pelayanan kesehatan. Kemudian apa saja yang perlu dibenahi dan berbagai protokol kesehatan yang diperlukan. Tentunya ahli kesehatan termasuk IDI adalah pihak yang kompeten untuk menjelaskannya dan sudah diminta untuk ikut memberikan masukan terkait ini kepada Pemerintah.

Terkait narasi new normal, menurut Halik, sejak awal bukan dari sektor kesehatan tapi dari sektor lainnya yang terdampak. Pada prinsipnya pihaknya perlu beradaptasi dengan cepat di tengah situasi penularan Corona yang masih tinggi. Adaptasi kebiasaan baru di berbagai sektor terbukti berhasil menekan laju pandemi Covid-19.

"Jika tren penularan masih terus meningkat dan situasinya belum terkendali maka kebijakan PSBB dan protokol kesehatan sebaiknya dilanjutkan dan dipastikan penerapannya," tegas Halik.

Sementara itu, kata Halik, adaptasi kebiasaan baru adalah bagian dari strategi memutus rantai penularan Covid-19 di masyarakat. Bukan sebaliknya masyarakat kembali beraktivitas seolah-olah virus corona sudah tidak ada.

Pada hari ini pemerintah merilis ada penambahan kasus positif Covid-19 sebanyak 1.574 orang dalam 24 jam terakhir. Dari jumlah tersebut, DKI Jakarta menjadi provinsi dengan angka kasus baru harian tertinggi yakni 312 orang.

Menyusul kemudian Jawa Tengah dengan 214 kasus baru, Jawa Timur dengan 179 kasus, Sulawesi Selatan dengan 178 kasus, dan Kalimantan Selatan dengan 133 kasus. Dengan penambahan kasus hari ini, maka angka kumulatif kasus positif Covid-19 di Indonesia menyentuh 81.668 kasus.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menyebutkan, hasil identifikasi epidemiologi menunjukkan bahwa penambahan kasus Covid-19 paling banyak terjadi di lingkungan kerja yang kualitas sirkulasi udaranya buruk. Risiko penularan semakin tinggi bila ruangan kerja hanya bergantung pada sistem pendingin ruangan tanpa ada sirkulasi.

"Apalagi kalau kurang disiplin jaga jarak. Dan menganggap karena berada di ruang kerja yang sudah akrab maka gunakan masker tidak perlu," kata Yurianto dalam keterangan pers, Kamis (16/7).

Jumlah pasien yang sembuh dari Covid-19 pun tercatat semakin banyak. Hari ini tercatat ada 1.295 pasien sembuh, sehingga jumlahnya menjadi 40.345 orang. Sementara pasien yang meninggal dunia dengan status positif Covid-19 bertambah 76 orang pada hari ini, sehingga jumlahnya menjadi 3.875 orang yang meninggal dunia.

photo
Infografis Indonesia diprediksi jadi pusat Covid-19 ketiga di Asia - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement