Senin 13 Jul 2020 22:01 WIB

Nanung Danar Dono : Romantisme Berhaji Bersama Istri

Banyak doa-doa yang dipanjatkan olehnya terkabul dalam hitungan menit.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Muhammad Fakhruddin
Nanung Danar Dono : Romantisme Berhaji Bersama Istri (ilustrasi).
Foto: saudigazette
Nanung Danar Dono : Romantisme Berhaji Bersama Istri (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kepala Pusat Halal Universitas Gajah Mada (UGM) Nanung Danar Dono mengenang kisah romantisnya bersama sang istri beberapa tahun silam. Bagi dia dapat berhaji bersama istri adalah impiannya sejak awal menikah. Mulanya dia akan pergi berhaji di tahun 2012, tetapi karena satu dan lain hal, akhirnya harus mundur satu tahun. Baru di tahun 2013, dia dapat melaksanakan rukun Islam kelima tersebut.

"Kami berbulan madu sembari berhaji dan ketika tiba di rumah Allah ini, saya sangat merasakan romantisnya jalan berdua sepanjang lorong masjid nabawi bergandengan tangan," tutur dia kepada Republika.co.id, Senin (13/7).

Nanung bersyukur harapannya itu telah terwujud, melewati lift naik ke lantai paling atas Masjidil Haram. Kemudian menikmati makan dengan suasana syahdu.

Melihat suasana di luar pun tak kalah indahnya. Langit yang indah dipercantik dengan burung-burung yang terbang mengelilingi ka'bah, layaknya ikut bertawaf seperti manusia dari kanan ke kiri.

Beberapa kejadian menarik adalah banyak doa-doa yang dipanjatkan olehnya terkabul dalam hitungan menit. Salah satunya adalah, ketika meminta dipertemukan dengan pamannya yang juga menunaikan ibadah haji tetapi dengan kloter yang berbeda.

"Ketika di Madinah, Masjidil Haram dan Misfalah, di tiga tempat ini selalu berpapasan dengan paman saya tanpa janjian. Doa terkabul tidak sampai satu menit, padahal jika saat musim haji, di tempat-tempat itu penuh sesak, dan sulit rasanya jika mencari orang," ujar dia.

Tak hanya berdoa, bahkan sekadar bicara pun, rasanya Allah dengan cepat mengabulkan doanya. Semasa berhaji, baik Nanung maupun istri sering mendapatkan buah tangan makanan khas arab. Saat bertemu istri dia heran, Nanung membawa nasi bungkus itu karena baru saja dia membahas hal itu bersama teman satu kamarnya.

"Istri saya, iseng berkata, selama ini mendapat makanan Arab, tetapi belum ada yang memberikan makanan khas Indonesia. Harapan ini tidak didengar suaminya. Tetapi di waktu yang sama di tempat yang berbeda karena saya sedang menemani seorang sepuh tawaf, ada orang di lorong yang membawa satu bungkus nasi masakan Indonesia satu kantong besar, tetapi dia bukan orang Indonesia," ujar dia.

Banyak pengalaman indah yang mestinya membuat orang sangat rindu kembali ke sana lagi. Jika di awal diniati ibadah maka kekhawatiran tentang keburukan masa lalu hilang.

Banyak temannya yang merasa khawatir karena mendapat balasan atas perilakunya yang salah selama ini jika pergi berhaji. Misalnya jika di Indonesia sering tidak jujur maka di Makkah bisa jadi akan mendapatkan musibah.

"Memang ibadah haji itu niatnya harus beribadah bukan hanya sekadar mencari gelar saja dan perlu sebelum berangkat bertaubat kepada Allah dan selalu mengingat-Nya,"jelas dia.

Allah bukan Tuhan yang zalim kepada umat-Nya. Sehingga ketika datang ke rumah-Nya pasti akan disambut sebagai tamu dengan sebaik-baiknya. Menunaikan haji memang harus memantaskan diri, apapun suguhannya harus diterima dengan baik, tidak boleh mengeluhkan apapun yang diberikan ketika berhaji, misalnya makanan tidak enak atau kamar tidak nyaman.

Pernah satu ketika dia bersama istrinya merasa sedikit sombong, membandingkan dengan pasangan istri lainnya. Saat itu juga dia mendapatkan balasan ketika hendak menuju ke arah selatan, ternyata keduanya terus salah arah ke timur.

Meski termasuk pasangan yang mendapatkan kelancaran ketika beribadah haji, sebelum berangkat Nanung mengakui mendapatkan ujian yang terasa berat. Namun keduanya meyakini ketika dengan niat tulus hendak berhaji biasanya akan mendapatkan ujian yang berat.

"Kami bersyukur dapat melalui ujian tersebut, bahkan dia berbagi kisahnya bersama rombongan satu bus embarkasi Solo saat itu. Saya sampaikan kepada jamaah lain. Kita itu sudah lama menabung untuk berangkat haji ada yang tiga tahun atau lima tahun lebih. Ketika kita terbang berangkat haji besok, disuguhi Allah kita terima baik. Kita makhluk yang banyak dosa diijinkan bisa berangkat bertamu ke rumah Allah sudah luar biasa tidak ditolak,"ujar dia.

Tak hanya berhaji, nikmat umroh terakhir kali di akhir tahun 2019 juga dirasakan luar biasa. Saat itu cuaca di Madinah cukup sejuk sekitar 11-13 derajat celsius. Bahkan dia harus mengenakan jaket yang tebal jika keluar dari hotel.

Umroh kali ini, Nanung mengajak kedua anaknya dan saat itu anak pertamanya sedang lulus SMA dan anak kedua lulus SMP. Mereka pun berharap mendapatkan kampus dan sekolah yang terbaik. Meminta doa dengan khusyuk dan sopan, sepulangnya dari Umroh, selang pengumuman masuk kuliah, doa tersebut terkabul. Dia bisa masuk UGM Jurusan Kedokteran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement