Jumat 03 Jul 2020 07:13 WIB

Kepatuhan Protokol Kesehatan Kunci Kembalikan Wisman

Wisman perlu jaminan keamanan berbasis fakta, tidak cuma aman di destinasi wisata.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Friska Yolandha
Wisatawan mengunjungi kompleks Taman Wisata Candi (TWC) Prambanan di Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (1/7/2020). PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko membuka kembali kunjungan wisata Candi Prambanan pada Rabu (1/7/2020) dengan menerapkan protokol kesehatan ketat serta pembatasan jumlah pengunjung setelah tutup selama tiga bulan akibat pandemi COVID-19.
Foto: Antara/Hendra Nurdiyansyah
Wisatawan mengunjungi kompleks Taman Wisata Candi (TWC) Prambanan di Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (1/7/2020). PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko membuka kembali kunjungan wisata Candi Prambanan pada Rabu (1/7/2020) dengan menerapkan protokol kesehatan ketat serta pembatasan jumlah pengunjung setelah tutup selama tiga bulan akibat pandemi COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kepatuhan menerapkan protokol pencegahan penularan Covid-19 selama tatanan normal baru akan memberi pengaruh besar. Termasuk, dalam membangun kepercayaan wisatawan mancanegara (wisman) kembali berkunjung ke Tanah Air.

Kepala Pusat Studi Pariwisata UGM, Prof Janianton Damanik menilai, seberapa tinggi komitmen kita untuk menjalankan protokol kesehatan saat normal baru sangat penting. Artinya, kepatuhan akan jadi penilaian wisatawan mancanegara.

Baca Juga

"Sudah berbudaya new normal belum? Kalau dijalankan dengan ketat bisa membuat wisman datang, tapi tanpa itu, terlalu ambisius berharap turis akan datang ke Tanah Air," kata Janianton, Kamis (2/7).

Ia merasa, jika masyarakat tidak displin menjalankannya, harapan itu jelas sulit terwujud. Sebab, wisman perlu jaminan keamanan berbasis fakta, tidak cuma aman di destinasi wisata, tapi keamanan berinteraksi dengan warga lokal.

 

Janianton sendiri merasa ragu kita bisa menarik wisatawan mancanegara untuk berkunjung, jika melihat kondisi masyarakat Tanah Air menjalankan protokol. Sebab, masih banyak masyarakat yang tidak mematuhi dan menerapkan protokol.

Padahal, lanjut Janianton, kepatuhan masyarakat jalankan protokol kesehatan pencegahan penularan Covid-19 merupakan kunci utama membangun kepercayaan wisman. Yang mana, semua itu mudah terlihat di ruang-ruang publik kini.

"Di jalan-jalan banyak terlihat orang bergerombol tanpa memakai masker, kalau wisman lihat mereka tidak akan lagi menggubris promosi yang kita sampaikan," ujar Janianton.

Janianton menuturkan, situasi saat ini jadi pembelajaran jaminan keamanan dari wabah sangat penting dalam sektor pariwisata. Karenanya, dalam kondisi saat ini hal utamanya membuat wisatawan percaya jika destinasi wisata aman.

Belajar dari pandemi ini, pelaku pariwisata diharapkan tidak lagi fokus dalam mengejar target jumlah pengunjung ke detinasi wisata, tapi lebih mengutamakan kualitas. Ia berpendapat, dalam normal baru (target) itu tidak lagi relevan.

"Jadi, hanya menarik orang yang benar-benar melakukan aktivitas wisata bukan cuma hura-hura, tapi yang mau belajar di destinasi wisata. Buat paket wisata berkualitas tinggi yang bernilai lebih dan ini jadi tantangan pelaku usaha pariwisata," kata Janianton.

Selain itu, ia mengingatkan, pelaku pariwisata harus membuat sistem baru bagi manajemen pengunjung berbasis digital. Jadi, ada pengaturan waktu dan jumlah pengunjung di destinasi wisata untuk menghindari penularan virus corona.

"Sistem manajemen pengunjung di destinasi wisata ini jadi salah satu target perubahan di new normal," ujar Janianton. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement