Sabtu 27 Jun 2020 15:05 WIB

Kementan Antisipasi Ancaman Krisis Pangan

Mentan menjamin ketersediaan pangan hingga akhir tahun 2020 kondusif dan aman

Pertanian Indonesia. (Ilustrasi). Mentan SYL dalam beberapa kesempatan menegaskan komitmennya untuk menjaga ketahanan pangan.
Foto: Kementan
Pertanian Indonesia. (Ilustrasi). Mentan SYL dalam beberapa kesempatan menegaskan komitmennya untuk menjaga ketahanan pangan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ancaman krisis pangan sebagaimana dilontarkan oleh FAO memang tidak boleh dipandang remeh. Melambatnya perekonomian dunia dan prediksi meningkatnya masyarakat miskin tentu berimplikasi pada pemenuhan pangan bagi masyarakat.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) dalam beberapa kesempatan menegaskan komitmennya untuk menjaga ketahanan pangan. Komitmen tersebut terlihat dari berbagai langkah strategis dalam upaya peningkatan ketersediaan pangan di era new normal, antara lain meningkatkan kapasitas produksi dengan mempercepat musim tanam II, mengembangkan lahan rawa, perluasan tanam baru, diversifikasi pangan lokal, penguatan cadangan pangan dan sistem logistik pangan, serta pengembangan pertanian modern.

Baca Juga

Mentan SYL juga kerapkali menegaskan bahwa sektor pertanian itu itu merupakan sektor yang menjanjikan sebab semua orang butuh pangan. Pertanian menjadi sektor kunci yang berkontribusi pada sekitar 55,5 persen PDB nasional pada kuartal pertama tahun 2020.

Dari sisi ketersediaan pangan, Mentan SYL menjamin ketersediaan pangan hingga akhir tahun 2020 kondusif dan aman. “Sesuai perhitungan yang mengacu data BPS, diprediksi stok akhir beras pada Desember 2020 mencapai 6,27 juta ton. Itu masih bisa memenuhi kebutuhan hingga Februari 2021,” ujar Mentan SYL, Kamis (25/6).

 

Begitu pula dengan beberapa komoditas pangan pokok lainnya yang dipantau pemerintah antara lain bawang merah 27,1 ribu ton, daging ayam 613,7 ribu ton, telur 100,44 ribu ton, dan gula pasir 1,21 juta ton.

Kondisi ketersediaan secara nasional mesti dibarengi dengan keterjangkauan masyarakat secara merata di seluruh wilayah. Karena itu, strategi Kementan dengan memfasilitasi biaya pengangkutan pangan dari wilayah surplus ke wilayah defisit. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar hasil panen petani tetap terserap pasar di tengah pandemi sehingga petani tetap bersemangat menanam.

Pada periode April s.d. Juni 2020, total fasilitasi pengangkutan mencapai 140 ton untuk bawang merah, 19,9 ton cabai besar, 62,2 ton cabai rawit, dan 26,5 ton telur ayam. Intervensi pasokan melalui fasilitasi pengangkutan ini akan terus dilakukan guna memastikan keterjangkauan pangan tetap merata di seluruh wilayah. 

Selain itu, Kementan melalui Badan Ketahanan Pangan (BKP) juga memperkuat ketersediaan dan stabilisasi harga dengan mengembangkan Pasar Mitra Tani dan Toko Mitra Tani. Tujuannya untuk memotong rantai pasok, agar produsen mendapat harga yang layak serta konsumen memperoleh pangan yang terjangkau. 

Kepala BKP, Agung Hendriadi menuturkan, strategi lain yang diterapkan oleh Kementan untuk mengantisipasi krisis pangan adalah diversifikasi pangan lokal.

Agung mengungkapkan pentingnya pengembangan pangan lokal ini karena potensi pangan lokal di Indonesia sangat besar.

“Ada banyak potensi pangan lokal yang sangat besar dalam mendukung ketahanan pangan, kita identifikasi dan dorong agar tiap provinsi mempunyai satu komoditas andalan selain beras,” ujar Agung.

Lebih lanjut Agung menjelaskan, pengembangan diversifikasi pangan lokal fokus pada beberapa komoditas pangan lokal, yaitu ubi kayu, jagung, sagu, pisang, dan kentang.

Langkah diversifikasi pangan lokal ini dilakukan melalui pengembangan diversifikasi pangan di daerah yang memang potensi pangan lokal tersebut dapat berkembang dengan baik.

Walaupun di semua provinsi komoditas pangan lokal dapat ditemukan dengan mudah, namun berdasarkan sebaran produksi pangan, terdapat sentra-sentra produksi untuk komoditas tertentu. Misalnya ubi kayu banyak ditanam di Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sedangkan sagu banyak ditemukan di Riau, Papua, dan Maluku.

Dorongan untuk diversifikasi juga dilakukan melalui pemanfaatan lahan pekarangan. Pekarangan sangat potensial menjadi sumber pangan yang beragam di tengah ancaman krisis pangan akibat pandemi Covid-19. Pekarangan juga dapat mengurangi belanja bahan pangan sehingga menghemat pengeluaran rumah tangga.

"Kekuatan ketahanan pangan menghadapi kondisi pandemi dan kekeringan terletak di ketahanan pangan keluarga, karena itu kita dorong masyarakat untuk mampu memproduksi pangan sendiri dari pekarangan mereka," ujar Agung. 

Selain masyarakat mampu menyediakan pangannya sendiri, kegiatan Pekarangan Pangan Lestari juga dapat menggerakkan eakonomi masyarakat.

Dengan berbagai langkah strategis tersebut, Kementan yakin krisis pangan akan dapat diantisipasi, dan ketahanan pangan tetap terjaga dengan baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement