Rabu 24 Jun 2020 17:27 WIB

Misi Liverpool Hindari Tragedi Crystanbul

The Reds akan hadapi The Eagles di Anfield, Kamis (25/6) dini hari WIB.

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Pertemuan paruh musim pertama. Divock Origi (kiri) dan Cheikhou Kouyate (tengah berduel di udara pada laga Liga Primer Inggris antara Crystal Palace melawan Liverpool di Selhurst Park, London, Ahad (124/11) dini hari.
Foto: FACUNDO ARRIZABALAGA /EPA EPE
Pertemuan paruh musim pertama. Divock Origi (kiri) dan Cheikhou Kouyate (tengah berduel di udara pada laga Liga Primer Inggris antara Crystal Palace melawan Liverpool di Selhurst Park, London, Ahad (124/11) dini hari.

REPUBLIKA.CO.ID, LIVERPOOL -- Pada pengujung musim 2013/2014, Liverpool hanya membutuhkan dua kemenangan lagi untuk bisa meraih titel Liga Primer Inggris. Namun, lawatan ke markas Crystal Palace pada pekan ke-37 membuyarkan mimpi The Reds tersebut. Unggul tiga gol terlebih dahulu, Liverpool akhirnya mesti relah membawa pulang satu poin dari Stadion Selhurst Park setelah tuan rumah mampu mencetak tiga gol balasan dan mengakhiri laga, 3-3. Buat The Reds, hasil imbang itu terasa seperti kekalahan yang begitu menyakitkan.

Hal itu dikarenakan, The Reds mesti menyerahkan posisi puncak klasemen sementara kepada pesaing terdekat mereka, Manchester City. Ujungnya, The Citizens mampu merengkuh gelar juara dengan keunggulan dua poin atas Liverpool. Selain momen terpelesetnya Steven Gerarrd di laga kontra Chelsea di partai sebelumnya, hasil imbang di markas The Eagles itu menjadi pangkal kegagalan The Reds merengkuh titel Liga Primer Inggris. Oleh media Inggris, momen di Stadion Selhurst Park itu disebut sebagai 'Tragedi Crystanbul'.

Sebutan ini menjadi bentuk satir terhadap momen ajaib Liverpool saat merengkuh titel Liga Champions 2005 usai sempat tertinggal 0-3 dari AC Milan di Istanbul, Turki. Tidak disangka, sembilan tahun setelah momen ajaib di Stadion Internasional Attaturk itu, Liverpool justru menjadi korban keberhasilan tim lawan membalikan keadaan setelah tertinggal tiga gol. Kini, jalan nasib nyaris serupa juga terjadi di pengujung Liga Primer Inggris musim ini, namun dengan situasi yang lebih baik buat The Reds.

Berada di peringkat teratas klasemen sementara, Liverpool telah mengantongi keunggulan 20 poin atas Manchester City, yang berada di peringkat kedua. The Reds tinggal membutuhkan tambahan lima poin dari delapan laga sisa demi bisa memastikan raihan titel Liga Primer Inggris. Namun, di laga selanjutnya, tepatnya pada pekan ke-31, The Reds mesti menerima lawatan The Eagles di Stadion Anfield, Kamis (25/6) dini hari WIB.

Selain sebagai protagonis di Tragedi Crystanbul, The Eagles merupakan tim terakhir yang mampu meraih kemenangan di kandang Liverpool, tepatnya pada 2017 silam. Catatan ini, ditambah performa apik The Eagles dengan meraih kemenangan di empat laga terakhir, rasanya sudah cukup membuat pelatih Liverpool, Jurgen Klopp, begitu mewaspadai dan mewanti-wanti anak-anak asuhnya terkait kejutan yang bisa ditimbulkan tim asal London tersebut.

Pelatih asal Jerman itu tentu tidak mau Tragedi Crystanbul, dengan segala kemungkinan terburuk buat Liverpool, kembali terulang pada musim ini. ''Tiga hari setelah laga kontra Everton, kami sudah harus siap menghadapi Crystal Palace. Mereka tentu tengah berada dalam kondisi terbaik, terutama setelah keberhasilan mereka mengalahkan Bournemouth, 2-0, akhir pekan lalu. Jadi, kami harus memastikan, kami siap menghadapi tantangan mereka dan mencari solusi terhadap semua masalah di atas lapangan,'' tutur Klopp di laman resmi klub.

Setelah kembali merumput pascarehat selama kurang dari tiga bulan akibat pandemi Covid-19, Liverpool memang belum menemukan ritme permainan yang tepat. Hal ini terlihat ketika The Reds kesulitan menembus pertahanan Everton di laga Derby Merseyside, akhir pekan lalu. Klopp pun mengakui, kendati sebagian besar anak-anak asuhnya telah berada dalam level kebugaran yang diinginkan, tapi Liverpool masih belum menemukan ritme permainan seperti sebelum penghentian sementara akibat pandemi Covid-19.

Tumpulnya lini depan menjadi sorotan utama eks pelatih Borussia Dortmund tersebut. ''Dalam aspek penyerangan, kami memerlukan sebuah momen dan dalam membangun momen itu, kami membutuhkan ritme permainan yang tepat. Sayangnya, itu belum terlihat di permainan kami. Tentu, kami bisa bermain dengan lebih baik dan itu yang akan kami lakukan di laga berikutnya,'' tutur Klopp.

Kapten Liverpool, Jordan Henderson, pun mengamini pernyataan bosnya tersebut. Menurut gelandang asal Inggris tersebut, terlepas dari absennya Mohamed Salah di laga kontra Everton, tapi Liverpool memang perlu bekerja keras untuk bisa mencetak gol sesegera mungkin. ''Ada sejumlah catatan positif di laga kontra Everton, seperti keberhasilan kami tidak kebobolan gol. Namun, kami harus tampil lebih efektif dan lebih tajam di sepertiga akhir lapangan. Dengan begitu, kami memiliki peluang lebih besar meraih kemenangan di laga selanjutnya,'' ujar Henderson.

Demi menjawab kebuntuan di lini depan The Reds, Klopp dikabarkan siap menurunkan Mohammed Salah sebagai starter di laga tersebut. Sebelumnya, Salah terpaksa tidak diturunkan lantaran belum cukup bugar. Pun dengan kondisi yang menimpa bek kiri Andrew Robertson. Sayangnya, Liverpool akan kehilangan James Milner dan Joel Matip, yang mengalami cedera di laga kontra Everton. Khusus untuk absennya Matip, Klopp kabarnya akan menempatkan Dejan Lovren ataupun Joe Gomez sebagai tandem Virgil Van Dijk di jantung pertahanan The Reds.

Kendati begitu, Liverpool juga memiliki motivasi lain. Ini menjadi laga kandang perdana The Reds pasca penghentian kompetisi akibat pandemi Covid-19. Kendati tanpa kehadiran penonton, para penggawa The Reds tentu bertekad menajamkan rekor 22 kemenangan beruntun di laga kandang dan 55 laga tidak pernah kalah di partai kandang di pentas Liga Primer Inggris. Torehan 22 kemenangan beruntun Liverpool di Anfield merupakan rekor kemenangan terpanjang di laga kandang dalam sepanjang sejarah kompetisi tertinggi sepak bola Inggris.

Di sisi lain, The Eagles juga punya motivasi lain. Keberhasilan meraih kemenangan beruntun merupakan torehan kemenangan terbaik The Eagles di sepanjang sejarah partisipasi mereka di pentas Liga Primer Inggris. Torehan empat kemenangan ini pun dilengkapi dengan keberhasilan tidak kebobolan di semua laga tersebut. Tidak hanya itu, torehan 12 poin dari empat laga terakhir memperbesar asa The Eagles untuk bisa tampil di kompetisi Eropa pada musim depan. 

Berada di peringkat ke-9, The Eagles hanya terpaut empat poin dari peringkat keenam, Wolverhampton Wanderers. ''Kami tidak mau langsung besar kepala. Ada berbagai faktor yang bisa membuat kami bersaing dalam perebutan tiket kompetisi Eropa. Satu hal yang pasti, kami akan berusaha tetap berada di 10 besar. Namun, harus diakui, tantangan itu akan semakin berat, karena skuat kami semakin kecil karena ada beberapa pemain yang cedera,'' kata pelatih Crystal Palace, Roy Hodgson, seperti dikutip Four Four Two, akhir pekan lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement