Senin 15 Jun 2020 12:20 WIB

Benarkah Virus Corona di Pasar Xinfadi China dari Salmon?

Virus Corona yang ditemukan di Xinfadi mengarah pada satu varietas bermutasi di Eropa

Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi)
Foto: EPA/CDC
Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah pakar di China menyangsikan ikan salmon sebagai pembawa virus hingga menyebabkan orang-orang di Pasar Induk Xinfadi dan sekitarnya terinfeksi Covid-19.

Peneliti senior di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular China (CCDC) Zeng Guang, Ahad (14/6), mengatakan bahwa berdasarkan analisis awal atas dua kasus terdahulu menyebutkan virus corona yang baru saja merebak berbeda dengan salah satu temuan di China. Data awal mengarah pada satu varietas yang bermutasi dari Eropa.

Baca Juga

Demikian dilaporkan China Daily, Senin, (15/8).

Kepala Epidemiolog CCDC Wu Zunyou sebelumnya mengatakan bahwa habitat alami ikan tidak akan tertular virus Corona. Namun ikan tersebut bisa tertular dari para pekerja penangkapan atau pengiriman.

Menurut laman laman berita Jiemian.com, China mengimpor 80.000 ribu ton salmon dingin dan beku setiap tahun dari Chile, Norwegia, Kepulauan Faeroe, Australia, dan Kanada.

Wu tidak bisa menyimpulkan salmon sebagai inang dari virus corona apalagi kalau hanya mendeteksinya dari papan pemotongan ikan di Pasar Induk Xinfadi. "Tipikal produk makanan laut kami disimpan di gudang dan didistribusikan dalam kontainer dingin sehingga tidak mungkin virus akan bertahan lama dan mendorong kemungkinan menginfeksi manusia," ujarnya.

Menurut dia, ada dua kemungkinan terjadinya penularan yang menjadikan Pasar Xinfadi sebagai klaster baru COVID-19. Pertama, kemungkinan berasal dari masuknya daging dan ikan dari berbagai negara ke pasar grosir terbesar di Beijing tersebut.

Kemungkinan kedua penularan dari manusia ke manusia. "Orang terinfeksi membawa virus ke pasar tersebut merupakan kelompok orang tanpa gejala atau mengalami gejala ringan. Hiruk-pikuk di pasar menyebabkan klaster baru," kata Wu.

Namun dia mengingatkan masyarakat Ibu Kota tidak panik. "Bagaimana cara mengakumulasi kasus itu dalam beberapa bulan terakhir dan dengan menggunakan teknologi mutakhir seperti mahadata akan menjadikan pelacakan dan diagnosis awal lebih baik lagi," katanya.

Pada Sabtu (13/6) ditemukan 36 kasus baru di pasar grosir produk pertanian, perikanan, dan peternakan di pinggiran Ibu Kota tersebut. Pemerintah Kota Beijing telah menguji sampel 76.499 orang yang berhubungan dengan Pasar Induk Xinfadi, sebanyak 59 di antaranya positif.

Lebih dari 29.300 orang mengunjungi pasar induk yang berlokasi di Distrik Fengtai itu dalam 14 hari terakhir telah diuji. Pada saat itu 12.973 di antaranya hasilnya negatif. Demikian laporan Global Times.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement