Jumat 05 Jun 2020 20:52 WIB

WNI di AS Serukan Persatuan di Tengah Protes Anti-Rasialisme

Protes massa di AS dalam gerakan Black Live Matter menentang rasialisme.

Red: Nur Aini
 Petugas polisi membuntuti sekelompok pengunjuk rasa berbaris melewati Times Square, Kamis, 4 Juni 2020, di wilayah Manhattan, New York. Protes berlanjut setelah kematian George Floyd, yang meninggal setelah ditahan oleh petugas kepolisian Minneapolis pada 25 Mei
Foto: AP/John Minchillo
Petugas polisi membuntuti sekelompok pengunjuk rasa berbaris melewati Times Square, Kamis, 4 Juni 2020, di wilayah Manhattan, New York. Protes berlanjut setelah kematian George Floyd, yang meninggal setelah ditahan oleh petugas kepolisian Minneapolis pada 25 Mei

REPUBLIKA.CO.ID, TEXAS -- Masyarakat Indonesia di bawah organisasi Amerika Bersatu menyeru semua warga negara Indonesia (WNI) yang berada di Amerika Serikat (AS) untuk menjaga persatuan dan semangat antirasialisme, dengan belajar dari momentum "Black Lives Matter".

"Saya mengimbau seluruh WNI untuk berhati-hati, jangan sampai terpancing suasana yang panas, serta tetap menjaga persatuan dan kesatuan NKRI," kata Ketua Umum Amerika Bersatu Ronny Rusli dari Texas, dalam pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (5/6).

Baca Juga

Gerakan "Black Lives Matter" adalah aksi protes massa di AS untuk menuntut keadilan bagi warga kulit hitam, yang belakangan kembali muncul setelah terjadi pembunuhan dalam penangkapan George Floyd, seorang pria kulit hitam, oleh polisi di Minneapolis pada 25 Mei. Amerika Bersatu juga meminta WNI agar berhati-hati dalam memakai nama Indonesia untuk menanggapi gerakan serta kejadian di negara asing tersebut, serta tetap mengikuti imbauan resmi dari perwakilan RI demi keselamatan dan kesehatan, terlebih pada masa wabah Covid-19 saat ini.

Tokoh masyarakat Indonesia di Philadelphia, Melkysedek Tirtasaputra, yang mempunyai menantu seorang warga kulit hitam, mengutuk aksi rasisme juga pihak-pihak yang memanfaatkannya untuk kepentingan lain dan mengabaikan upaya penyelesaian kasus itu sendiri.

"Sebagai manusia, sangat jelas kami mengecam segala tindakan rasisme di seluruh dunia, termasuk juga di Indonesia. Namun, jangan jatuh pada narasi 'kalau tidak ikut demonstrasi, maka tidak menghargai HAM', karena 'Black Lives Matter' mempunyai sejarah yang berbeda," kata Melkysedek.

Di sisi lain, aksi demonstrasi besar-besaran di seluruh wilayah AS itu memunculkan perhatian pada isu lain, yakni kemungkinan pertambahan angka kasus Covid-19 akibat penularan dalam kerumunan massa. Saat ini, dari total 6,7 juta kasus Covid-19 dalam hitungan global, AS menempati negara pertama dengan kasus terbanyak, yakni hampir menyentuh angka dua juta kasus positif serta lebih dari 110 ribu kasus kematian.

"Karena itu, mari kita sama-sama mengimbau masyarakat kita untuk tetap tinggal di rumah demi kesehatan," kata dr. Alvinsyah Pramono, ketua tim Satgas Covid-19 Permias, dalam keterangan tertulis yang sama.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement