Kamis 04 Jun 2020 04:56 WIB

Fredy: Terlahir Yahudi, Meninggal Sebagai Mualaf

Fredy lahir di keluarga Yahudi, tetapi menjadi mualaf hingga meninggal.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Fredy: Terlahir Yahudi, Meninggal Sebagai Mualaf. Foto: Fredy Abdussamad Bollag
Foto: aboutislam.net
Fredy: Terlahir Yahudi, Meninggal Sebagai Mualaf. Foto: Fredy Abdussamad Bollag

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fredy Abdussamad Bollag lahir dalam keluarga Yahudi Swiss pada 1935. Pada masa ketika Islam tidak banyak dikenal di Eropa, Fredy Bollag tertarik pada mistikisme Islam, yang juga dikenal sebagai tasawuf. Dia melakukan perjalanan mencari pengetahuan untuk mencari kebenaran tertinggi, Tuhan, dan menjadi ahli dimensi batin Islam.

Dilansir dari Aboutislam, Rabu (3/6), Fredy Abdussamad Bollag dilahirkan dalam keluarga Yahudi, tetapi segera bersentuhan dengan agama Kristen, terutama gereja di timur atau Kristen Timur. Namun, dia meyakini bahwa Tuhan itu Esa dan Satu-satunya. Keyakinan tauhid murni inilah yang membawa Fredy Bollag ke Islam. Cintanya kepada Nabi Isa AS membawanya kepada cinta yang besar untuk Nabi Muhammad SAW.

Baca Juga

Pada awal 1950-an, Fredy Abdussamad bertemu dengan pengikut ordo Sufi Syekh Ahmad al-Alawy. Keberadaan tatanan sufi di Eropa pada masa ini dapat dibilang unik. Pada awal usia dua puluhan, Fredy mulai mempelajari Islam dan tasawuf Islam. Dalam mencari kebenaran, Fredy juga tertarik untuk memperdalam tradisi agamanya sendiri, tradisi Kabbalah Yahudi, di Israel.

Kabbalah adalah metode esoteris dalam mistisisme Yahudi. Dia mencoba hidup sesuai dengan tradisi Yahudi selama satu tahun, tetapi tidak berhasil. Rencananya untuk melanjutkan jejak nenek moyang Yahudi tidak pernah terwujud. Dia tidak menemukan seorang guru yang membuat dia puas. Itu sebabnya ia kembali ke Basel, Swiss, setelah satu bulan berkunjung ke Israel.

Dia menerima Islam dari Syekh ‘Abdul Rahman. Dalam sebuah wawancara, ia menggambarkan konversi ke Islam sebagai takdir yang ditulis Tuhan untuknya. Banyak hal berubah bagi Fredy setelah ia menerima Islam, khususnya sholat lima waktu yang mengubah rutinitas hariannya. "Pada awalnya cukup sulit karena pada tahun 1956 hampir tidak ada Muslim di kota asal saya, Basel," ujar dia.

Awalnya dia menyembunyikan keislamannya untuk beberapa waktu dan juga tidak memberi tahu orang tuanya tentang hal tersebut. Fredy mundur untuk hidup sendiri demi melindungi keislamannya selama 12 tahun. Namun, pada akhirnya dia bertemu istrinya dan dia setuju untuk berbagi kehidupan ini dengannya.

Setelah mempelajari berbagai teks Islam, Fredy Bollag bertemu dengan seorang guru dari ordo Tidjaniyyah. Dia menjadi murid Amadou Hampaté (1990-1991) dari Mali dan belajar Islam kepada guru ini sampai sang guru meninggal pada 1991.

Menurut Fredy Bollag, Syekh Hampate mengajarinya Islam cinta. Itu berarti bahwa kita harus membawa orang kepada Tuhan melalui cinta. Setelah bertahun-tahun belajar mendalam, Fredy Bollag diberi tanggung jawab dan kehormatan untuk memimpin orang lain sebagai syekh dari ordo Tidjaniyyah.

Selama masa hidupnya, Syekh Fredy Ali Abdussamad Bollag juga aktif dalam dialog antaragama, terutama antara ketiga agama Ibrahim. Dia juga belajar di bawah berbagai guru Muslim lainnya. 

Dalam bukunya Der Name Allah und die Zahl 66 (Nama Allah dan Nomor 66), dia menerbitkan pemikirannya tentang asal-usul semua agama dengan menampilkan bukti menarik dari sains dan mistik numerologi. Syekh Fredy Ali Abdussamad Bollag meninggal pada 2011.

Sumber:

https://aboutislam.net/reading-islam/my-journey-to-islam/seeking-truth-accepting-islam-in-1950s-europe/

sumber : aboutislam.net
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement