Selasa 26 May 2020 19:30 WIB

Erick Thohir Tidak Ingin BUMN Blunder Memasuki New Normal

Penerapan protokol new normal di BUMN diprediksi memakan waktu lima bulan.

Menteri BUMN Erick Thohir.
Foto: Republika/Prayogi
Menteri BUMN Erick Thohir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  — Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyampaikan 86 persen perusahaan negara siap menerapkan protokol kenormalan baru (new normal).

"Kita petakan dari awal, 86 persen BUMN siap, yang tidak siap kita pandu agar tidak bikin blunder di lapangan," ujar Erick dalam video konferensi di Jakarta, Selasa (26/5).

Ia mengatakan, dalam menerapkan protokol Covid-19 di lingkungan BUMN, pihaknya tetap mengupayakan keseimbangan antara kesehatan dan ekonomi.

"Yang namanya protokol Covid-19 harus seimbang, antara keselamatan kesehatan dan pelan-pelan juga menghidupkan ekonomi," ucapnya.

Erick mengatakan, kesiapan BUMN menerapkan protokol kenormalan baru itu mengantisipasi pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) oleh pemerintah daerah.

"BUMN ada di setiap daerah, kalau tiba-tiba ada kelonggaran PSBB kita tidak bingung, pemerintah daerah punya keputusan masing-masing. Kita tidak mungkin PSBB longgar baru kita siapkan protokolnya," ucapnya.

Erick mengatakan, tiga poin penting dalam penerapan protokol kenormalan baru BUMN, yakni pola kerja yang fleksibel, penerapan kesehatan yang ketat, dan akselerasi teknologi.

Ia menambahkan, kebijakan kenormalan baru di lingkungan BUMN juga berbeda-beda karena memiliki bisnis yang tidak sama.

Penerapan protokol kenormalan baru di lingkungan BUMN diprediksi memakan waktu hingga lima bulan ke depan, hal itu dikarenakan tidak mudah untuk mengubah kebiasaan. "Kesadaran adalah kuncinya," kata Erick.

Sebelumnya, Deputi bidang SDM, Teknologi dan Informatika, Kementerian BUMN, Alex Denni mengatakan salah satu yang menjadi perhatian Kementerian BUMN adalah bagaimana mendorong ekonomi dengan kondisi kenormalan baru.

"Kegiatan bisnis akan mencari cara-cara baru dengan produk-produk baru, solusi-solusi baru yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk menjalani kehidupan dengan budaya yang baru. Inilah yang disebut kenormalan baru," ucapnya.

Saat ini, lanjut dia, masyarakat sedang berada di pertengahan zona bahaya (awal pandemi) dan kenormalan baru. "BUMN diharapkan dapat menjadi pengaruh yang signifikan untuk menciptakan skenario kenormalan baru," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement