Selasa 26 May 2020 16:35 WIB

Pemprov Jateng Waspadai Epicentrum Baru Covid-19

Sampai saat ini, 35 kabupaten/kota telah menerima distribusi alat rapid test.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Petugas medis mengambil sampel darah warga saat mengikuti rapid test Covid-19.
Foto: Prayogi/Republika
Petugas medis mengambil sampel darah warga saat mengikuti rapid test Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menginstruksikan rapid test massal dilaksanakan di 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Hal ini untuk mengantisipasi 'lonjakan' penyebaran Covod-19 setelah Lebaran.

“Pergerakan masyarakat di Jawa Tengah menjelang akhir Ramadhan hingga hari Lebaran kemarin cukup tinggi, ini harus kita diantisipasi,” ungkap gubernur, di Semarang, Selasa (26/5).

Menurutnya, pelaksanaan rapid test secara masal tersebut sudah sangat mendesak dilakukan untuk melihat perkembangan persebaran Covid-19 pascaRamadan dan Lebaran kemarin.

Terlebih lagi, gubernur juga mendapat laporan data dari Universitas Indonesia (UI) yang menyebutkan pergerakan masyarakat di Jawa Tengah versi Google termasuk sangat tinggi menjelang akhir Ramadhan hingga Lebaran.

Karena basis pemantauan Google tersebut adalah mobile phone yang dibawa warga. Seberapa jauh pergerakannya, warga bisa dipantau melalui GPS-nya yang aktif.

Dan ternyata Jawa Tengah disebutkan masih cukup tinggi. “Artinya masih banyak warga kita yang keluyuran dan mendatangi kerumunan. Sehingga potensi penularannya juga cukup tinggi,” tegas Ganjar.

Karena tingginya pergerakan masyarakat tersebut, lanjut gubernur, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah menginstruksikan agar dilakukan rapid tes massal, dengan menyasar pusat-pusat keramaian atau pusat aktivitas warga.

Sebab tempat-tempat tersebut dimungkinan bisa menjadi epicentrum baru atau berpotensi menjadi tempat transmisi lokal penyebaran Covid-19. “Beberapa bupati dan wali kota sudah melakukan. Seperti di Kota Semarang kemarin, di Pasar Kobong langsung menemukan 26 kasus, di dua masjid Semarang Barat menemukan tiga kasus,” kata Ganjar.

Selain pusat-pusat keramaian, gubernur juga meminta jajarannya melakukan penelusuran satu persatu orang dari daerah epicentrum. Misalnya mereka yang dari Jakarta, Bogor, Gowa, dan Jawa Timur.

Termasuk setelah outbreak terjadi di RSUP dr Kariadi, Salatiga, Purworejo, dan di Kota Semarang. “Kalau ini di rapid test lebih banyak lagi, kita akan tahu sebenarnya persebaran di masyarakat seperti apa representasinya,” ujarnya.

Gubernur juga mengatakan, guna mendukung rapid test massal tersebut, pemprov  telah mendistribusikan 38.111 peralatan rapid test ke seluruh kabupaten/kota yang ada di derahnya.

Sampai saat ini 35 kabupaten/kota telah menerima distribusi alat rapid test tersebut, melalui masing-masing Dinas Kesehatan serta rumah sakit rujukan Covid-19. Sejumlah daerah bahkan juga ada yang berinisiatif melakukan rapid test sendiri.

Total sebanyak 38.111 rapid test telah terdistribusi dalam dua tahap. Tahap pertama, jumlah rapid test yang terdistribusi sebanyak 27.011. Untuk dinas kesehatan kabupaten/kota sebanyak 24.641 dan untuk rumah sakit sejumlah 2.370 alat.

“Dari jumlah tersebut yang sudah dilakukan pemeriksaaan sebanyak 22.337, dan yang reaktif terdapat 809 orang, non reaktif ada 21.528," kata dia.

Sementara untuk distribusi alat rapid test tahap kedua, dilaksanakan untuk 35 kabupaten/ kota dengan jumlah mencapai 11.100 alat. Sampai saat ini sudah dilakukan pemeriksaan rapid test sebanyak 3.411.

Dari upaya ini, sebanyak 94 orang di antaranya menunjukkan hasil tes reaktif dan 3.317 non reaktif. Sehingga saat ini masih ada alat rapid test yang tersisa sebanyak 12.363.

Maka, sekarang tinggal meminta agar tempat- tempat kerumunan atau pusat-pusat aktivitas warga dilakukan rapid test. “Seperti pemudik, pekerja migran, di pasar, mal, atau potensi epicentrum lainnya,” tegas gubernur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement