Jumat 22 May 2020 00:31 WIB

Pakar Jelaskan Alasan Penyebaran Covid-19 tak Bisa Diputus

Masyarakat harus bisa menerima tidak bisa lagi hidup normal kembali seperti semula.

Suasana lalu lintas saat pemberlakukan PSBB di Kebayoran Lama, Jakarta, Kamis (21/5/2020). Mutasi virus corona penyebab Covid-19 yang begitu cepat membuat pandemi ini tidak bisa diputus dan menyulitkan pembuatan vaksin serta obatnya sehingga masyarakat harus bisa menerima tidak bisa lagi hidup normal kembali seperti semula.
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Suasana lalu lintas saat pemberlakukan PSBB di Kebayoran Lama, Jakarta, Kamis (21/5/2020). Mutasi virus corona penyebab Covid-19 yang begitu cepat membuat pandemi ini tidak bisa diputus dan menyulitkan pembuatan vaksin serta obatnya sehingga masyarakat harus bisa menerima tidak bisa lagi hidup normal kembali seperti semula.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru besar Biologi Universitas Negeri Malang Profesor Mohamad Amin menilai mutasi virus corona penyebab Covid-19 yang begitu cepat membuat pandemi ini tidak bisa diputus. Ini juga menyulitkan pembuatan vaksin serta obatnya.

"Berdasarkan tinjauan ilmu virologi, penyebaran pandemi COVID-19 ini tidak bisa diputus karena mutasi virus yang sangat cepat sehingga dapat menimbulkan varian-varian baru virus," ujar Mohamad Amin dalam seminar daring di Jakarta, Kamis (21/5).

Baca Juga

Dia menjelaskan dari tinjauan ini juga tampaknya akan sulit untuk membuat vaksin maupun obat anti-virus. Sebab, virus ini selalu bermutasi melahirkan varian-varian baru akan menyulitkan peneliti maupun ahli kesehatan untuk membuat desain obatnya.

"Desain obat harus fix atau permanen sebelum dibuat, ketika ada sedikit perubahan maka harus dilakukan desain yang baru," katanya.

Dengan demikian, menurut pakar kesehatan tersebut, cara terbaik untuk menjalani kehidupan normal baru jika vaksin sulit ditemukan. Dalam kehidupan baru itu harus  melakukan pencegahan agar tidak terlalu banyak orang masuk rumah sakit hingga melebihi kapasitas akibat Covid-19.

"Dengan demikian perlu menjalankan langkah-langkah preventif agar masyarakat yang masih sehat tidak terinfeksi Covid-19. Selain itu, langkah lainnya yang perlu dilakukan adalah membuat orang sakit atau positif Covid-19 segera sembuh," ujar Mohamad Amin.

Dalam paparannya, dia menyampaikan, kehidupan normal baru mendorong masyarakat harus beralih dengan mengubah pola pikir dan kebiasaannya. Sebab, tidak perlu berharap hilangnya virus corona dengan memutus mata rantai penularan 100 persen. 

Masyarakat harus bisa menerima bahwa mereka tidak bisa lagi hidup normal kembali seperti semula pascapandemi Covid-19. "Bagaimana cara cerdas menata kehidupan normal baru atau new normal adalah kebiasaan-kebiasaan positif baru seperti kerja dari rumah, menggunakan masker dan menjaga jarak yang sudah kita lakukan untuk bertahan selama pandemi COVID-19. jangan ditinggalkan," kata Mohamad Amin.

Selain itu, guru besar Biologi itu juga menambahkan masyarakat harus cerdas dengan memiliki wawasan ilmu dan pengetahuan, percaya diri atas ilmu yang diperoleh dan selalu mencari serta mengeksplorasi wawasan baru agar dapat berinovasi dan lebih produktif. 

Dia melanjutkan program kebijakan dalam menangani dan mencegah meluasnya penyebaran Covid-19 seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan menjaga jarak sosial harus tetap dilanjutkan. "Target saat ini bukan memberantas virus melainkan menekan jumlah orang yang terinfeksi bersamaan serendah mungkin. Kalau nanti semakin banyak yang terinfeksi maka pelayanan kesehatan di Indonesia akan sangat kewalahan, dan kalau yang terinfeksi Covid-19. tidak segera mendapat pelayanan kesehatan maka proses penyembuhannya tidak cepat," ujar Mohamad Amin.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement