Silaturahim Saat Wabah Sebaiknya Dihindari

Rep: Ali Yusuf/ Red: Ani Nursalikah

Selasa 19 May 2020 11:28 WIB

Silaturahim Saat Wabah Sebaiknya Dihindari. Ilustrasi Bersilaturahim Foto: Foto : MgRol_92 Silaturahim Saat Wabah Sebaiknya Dihindari. Ilustrasi Bersilaturahim

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Demi menjaga dari terpapar Covid-19 sebaiknya silaturahim hari raya yang dilakukan secara fisik sebaiknya dihindari. Kaidah fiqih memerintahkan lebih baik kita mencegah keburukan daripada mengejar pahala kebaikan dari silaturahim.

"Ini merupakan kaidah fiqih yang disepakati oleh seluruh ulama sejagad raya, yakni Daf’u al-mafasid Muqaddam ‘ala jalb al-mashalih. Artinya mencegah keburukan itu jauh lebih diutamakan dibanding mendatangkan kemaslahatan," kata Peneliti Rumah Fiqih Indonesia Ustadz Ahmad Zarkasi saat berbincang dengan Republika.co.id, Selasa (19/5).

Baca Juga

Ustadz Ahmad mengatakan, kaidah ini dipakai dalam kondisi jika memang dalam menunaikan kebaikan atau maslahat justru ada keburukan yang ikut bersama dengan kebaikan tersebut. Syariat ini ditujukan untuk kebaikan manusia, dan salah satu bentuk kebaikan adalah mencegah datangnya keburukan yang mungkin menimpa, baik diri kita atau diri orang lain.

"Karena itu juga, Maqashid Syariah, yakni tujuan dari diselenggarakannya syariat ini, nomor satunya adalah Hifdh al-Nafs; menjaga jiwa," katanya.

Dalam keadaan ini, kata Ustadz Ahmad, banyak ulama yang menempatkannya di nomor teratas, bukan hifdz al-Din: menjaga agama. Alasannya sederhana, kalau jiwanya tidak ada, bagaimana agama bisa terjaga? Jiwa-jiwa yang hidup inilah yang menghidupkan agama. 

Ustadz Ahmad mengatakan, saat ini di penghujung Ramadhan, kita dihadapkan dengan situasi istimewa yang memang belum pernah terjadi sebelumnya. Wabah Covid-19 yang masih menyebar di mana-mana ini, kita harus mengurangi kontak fisik dan menjauhi kerumunan orang untuk sementara. 

Hal tersebut bukan untuk menghilangkan tradisi kebaikan yang telah menjadi identitas kita sebagai orang Muslim melayu yang gemar bersilaturahim dan berbagi kebahagiaan wabil-khusus di hari raya. hal ini demi mencegah keburukan yang terjadi akibat kontak fisik saat silaturahim, maka salam-salaman saat Lebaran dihindari. 

Apalagi kita sudah terinformasikan secara masif sejak beberapa bulan belakangan, bahwa virus ini bisa menyebar dengan adanya kontak dari orang ke orang, karenanya menjauhi kerumunan dan keramaian adalah cara ampuh memutus rantai penyebaran Covid-19. Terlebih lagi dalam kasusnya, banyak orang-orang yang terpapar Covid-19 ini justru tidak bergejala.

"Jadi susah memilah dan memilih dengan siapa kita harus berdekatan," katanya.

Artinya kebiasan bersilaturahim serta berbagi kebahagiaan di hari raya yang merupakan adalah kebaikan, berhadapan dengan ancaman keburukan penyebaran Covid-19. Jangan sampai, kata dia, kebaikan yang ditunaikanya justru mendatangkan keburukan, sebaiknya ditinggalkan guna mencegah keburukan. Tidak ada yang memungkiri bahwa bersilaturahim itu kebaikan, tapi juga kita tidak bisa memastikan keselamatan di tengah wabah. 

"Karena itu, sangat baik jika untuk hari raya kita buat itu istimewa dengan tidak melakukan kunjungan silaturahmi sebagai upaya mencegah keburukan. Ini lebih baik," katanya.

Dan gantinya kunjungan silaturahim dengan kunjungan virtual melalui media-media daring yang memang tersedia. Kata Ustaz Ahmad, ada lagi kaidah fiqih yang cocok dengan hal ini, al-Jam’u baina al-Khairain Aula. Artinya menjama’ (mengumpulkan) dua kebaikan sekaligus itu lebih utama.

"Dalam kondisi di mana kebaikan berlebih dan bisa dilakukan bersamaan, tentu akan sangat baik jika itu dilakukan bersama, tidak meninggalkan yang satu atau mengabaikan yang lain," katanya.