Senin 18 May 2020 13:39 WIB

Investasi Migas Diproyeksikan 3,2 Miliar Dolar AS

Investasi hilir migas didominasi kegiatan pengolahan.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolandha
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas, Kementerian ESDM memproyeksikan investasi di sektor migas pada tahun ini sebesar 3,2 miliar dolar AS. Direktur Pembinaan Program Migas Soerjaningsih menjelaskan investasi di sektor migas membutuhkan modal yang tinggi dan risiko yang tinggi juga.
Foto: AP
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas, Kementerian ESDM memproyeksikan investasi di sektor migas pada tahun ini sebesar 3,2 miliar dolar AS. Direktur Pembinaan Program Migas Soerjaningsih menjelaskan investasi di sektor migas membutuhkan modal yang tinggi dan risiko yang tinggi juga.

REPUBLIKA.CO.ID, 2020, JAKARTA -- Direktorat Jenderal Minyak dan Gas, Kementerian ESDM memproyeksikan investasi di sektor migas pada tahun ini sebesar 3,2 miliar dolar AS. Direktur Pembinaan Program Migas Soerjaningsih menjelaskan investasi di sektor migas membutuhkan modal yang tinggi dan risiko yang tinggi juga.

Menurut Soerja, investasi hilir migas tahun 2020 didominasi oleh kegiatan pengolahan yaitu peningkatan kapasitas kilang (RDMP) dan pembangunan kilang baru (GRR) yang mencapai 80 persen. Selanjutnya adalah investasi di bidang pengangkutan sebesar 14 persen, penyimpanan 4 persen dan niaga 2 persen.

Untuk tahun 2021, investasi hilir migas diproyeksikan sebesar 7,238 miliar dolar AS. Tahun 2022 mencapai 11,819 miliar dolar AS. Selanjutnya, 14,531 miliar dolar AS pada tahun 2023 dan tahun 2024 mencapai 13,923 miliar dolar AS.

Berdasarkan Global Competitivenes Index 2017-2018, investasi migas indonesia berada di posisi 36 dari 137 negara. Pemerintah terus berupaya memperbaiki iklim investasi, termasuk di bidang migas. Faktor utama iklim bisnis adalah birokrasi Pemerintah, stabilitas politik, regulasi perpajakan dan produktivitas tenaga kerja.

"Sektor infrastruktur juga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh dalam hal tingkat competitiveness," tambah Soerja.

Pembangunan dua kilang minyak baru di Tuban dan Bontang serta RDMP Kilang Balongan, Balikpapan, Cilacap, Dumai dan Plaju, merupakan upaya meningkatkan ketahanan energi nasional. Total investasi kilang-kilang tersebut diperkirakan 68 miliar dolar selama periode 2019-2026.

"Pemerintah berkomitmen mendukung kedaulatan energi melalui energi migas sebagai modal pembangunan dan diharapkan dapat memberikan nilai tambah positif bagi seluruh aspek pembangunan bangsa," papar Soerja.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia PT Pertamina Ignatius Tallulembang mengatakan, pembangunan kilang membutuhkan tenaga kerja sekitar 150.000 orang pada masa konstruksi dan 12.000 orang ketika telah beroperasi. Penggunaan sumber daya lokal diperkirakan 35-50 persen.  Sementara potensi peningkatan devisa sekitar 12 miliar dolar per tahun.

Kapasitas pengolahan kilang-kilang ini mencapai 2,1 juta barel per hari dan produksi petrokimia 12.000 kilo ton per annum (ktpa). Tallulembang mengungkapkan, mengingat pembangunan kilang dan petrokimia membutuhkan biaya dan resiko yang besar, diperlukan mitra dalam pelaksanaannya. Dalam proses pencarian mitra ini, kata dia, berdasarkan pelajaran yang diperoleh selama ini, Pertamina membuka peluang kerja sama dengan berbagai skema bisnis.

"Skema berpartner juga kita buka lebih fleksibel. Bukan cuma dengan satu cara saja," tambahnya.

Bahkan, perusahaan pelat merah itu mendorong agar perusahaan swasta dalam negeri dapat berpartisipasi dalam pembangunan kilang serta infrastruktur lainnya seperti terminal BBM, LPG dan pelabuhan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement