Sabtu 16 May 2020 14:16 WIB

Pakar: Sosialisasi Covid-19 Perlu Mengajak Tokoh Masyarakat

Sosialisasi penting dilakukan untuk mendorong masyarakat melakukan gaya hidup baru.

Warga berkerumun pada hari kedua pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tahap II di sekitar kawasan Jembatan Suramadu, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (13/5/2020). Pada pelaksanaan PSBB tahap II yang berlaku mulai 12 Mei 2020 di Surabaya Raya (Surabaya, Gresik dan Sidoarjo) masih ditemukan kerumunan warga di sejumlah tempat umum meski pemerintah telah mempertegas sanksi berupa tidak dapat memperpanjang Surat Izin Mengemudi (SIM) dan penangguhan pengajuan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) selama enam bulan
Foto: Antara/Moch Asim
Warga berkerumun pada hari kedua pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tahap II di sekitar kawasan Jembatan Suramadu, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (13/5/2020). Pada pelaksanaan PSBB tahap II yang berlaku mulai 12 Mei 2020 di Surabaya Raya (Surabaya, Gresik dan Sidoarjo) masih ditemukan kerumunan warga di sejumlah tempat umum meski pemerintah telah mempertegas sanksi berupa tidak dapat memperpanjang Surat Izin Mengemudi (SIM) dan penangguhan pengajuan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) selama enam bulan

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pakar Sosial Ekonomi Universitas Airlangga (Unair) Rudi Purwono menyatakan Pemkot Surabaya dan sejumlah perusahaan perlu mengajak para tokoh masyarakat berpartisipasi dalam melakukan sosialisasi tentang penularan Covid-19 kepada masyarakat. Menurut dia, keterlibatan tokoh masyarakat akan membuat sosialisasi lebih efektif.

"Kita terbiasa tidak menjaga jarak dan beraktivitas sosial, namun dengan kondisi sekarang kita diminta berubah, maka sosialisasi ini penting dilakukan untuk mendorong masyarakat melakukan gaya hidup baru, dan para tokoh masih dipercaya masyarakat," kata Rudi kepada wartawan, Sabtu (16/5).

Baca Juga

Selain itu, kata dia, kunci suksesnya pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Surabaya Raya, yang meliputi Kota Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik ada pada disiplin warga. "Kuncinya adalah disiplin menjalankan physical distancing dan personal hygiene. Dua hal tersebut harus dilakukan seluruh lapisan masyarakat secara disiplin dan serius," kata Rudi.

Jika tidak disiplin, kata Rudi, penyebaran Covid-19 akan semakin masif sehingga berpotensi menambah korban baru. "Pemerintah telah menyusun protokol kesehatan seperti aturan physical distancing dan personal hygiene dengan tujuan untuk memperlambat atau memutus penularan penyakit ini. Ketentuan tersebut harus dilakukan saat ini oleh siapapun," kata Rudi ketika dihubungi wartawan.

Dengan kondisi sekarang ini, Rudi melanjutkan, masyarakat juga harus mulai membatasi berbagai aktivitas di area publik. Jika masyarakat masih abai, justru membahayakan keselamatan serta kesehatan diri sendiri dan orang lain.

"Orang yang sakit harus jujur, disiplin, serta tahu diri untuk beristirahat di rumah atau mengisolasi diri demi kebaikan dirinya dan kebaikan bersama. Kesulitan ini akan berlalu, jika kita bersama-sama menanggulanginya, bukan hanya pemerintah, tapi perusahaan, individu, semua lapisan masyarakat harus terlibat dan patuh," tegasnya.

Ketua Satgas NU Peduli Covid-19 sekaligus Bendahara Lembaga Kesehatan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LK PBNU) Muhammad Makky Zamzami mengakui sosialisasi mengenai penularan Covid-19 di masyarakat saat ini memang belum masif. Sehingga, kata dia, perlu adanya keterlibatan semua pemangku kepentingan, termasuk para tokoh masyarakat untuk mengatasi pandemi ini.

"Penanganan ini harusnya gotong-royong. Jadi kunci utamanya adalah penyebaran informasi diberikan secara simultan melalui pendekatan yang strategis, baik tokoh agama maupun pemerintah, juga RT dan RW," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement