Sabtu 16 May 2020 00:33 WIB

China Enggan Terlibat Pembicaraan Kontrol Senjata Nuklir

Pemerintah China tidak berniat terlibat dalam pembicaraan kontrol senjata dengan AS

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Pemerintah China tidak berniat terlibat dalam pembicaraan kontrol senjata dengan AS. Ilustrasi.
Pemerintah China tidak berniat terlibat dalam pembicaraan kontrol senjata dengan AS. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING — Pemerintah China tidak berniat terlibat dalam pembicaraan kontrol senjata multilateral dengan Amerika Serikat (AS) dan Rusia. Hal itu menanggapi adanya seruan agar Beijing terlibat dalam perjanjian Strategic Arms Reduction Treaty (New START).

“New START tetap menjadi perjanjian nuklir penting antara Rusia dan AS serta membutuhkan perhatian besar. Ini adalah dasar dari stabilitas strategis untuk kedua negara, serta dasar stabilitas strategis global. China tidak memiliki niat untuk terlibat dalam pembicaraan trilateral tentang pengendalian senjata strategis,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Zhao Lijian pada Jumat (15/5) dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Baca Juga

Dia menyebut Rusia dan AS memiliki persenjataan nuklir terbesar. Menurutnya kedua negara harus memiliki tanggung jawab khusus untuk menguranginya dan menciptakan kondisi bagi negara-negara lain bergabung dalam kesepakatan pengendalian senjata multilateral.

Pada Kamis (14/5) lalu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan negaranya menganggap masalah aksesi China ke perjanjian New START dapat diselesaikan secara perlahan. Dia menekankan Rusia siap mendukung skema multilateral yang akan berkontribusi serta memastikan keamanan dan stabilitas global.

Pada 7 Mei lalu, Presiden AS Donald Trump mengatakan ingin membuat kesepakatan kontrol senjata dengan Rusia dan China. Hal itu dia sampaikan saat melakukan percakapan via telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

“Presiden Trump menegaskan kembali bahwa AS berkomitmen untuk pengendalian senjata yang efektif, yang tidak hanya mencakup Rusia, tapi juga China, dan menantikan diskusi pada masa mendatang guna menghindari perlombaan senjata yang menelan banyak biaya,” kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.

AS dan Rusia telah sama-sama keluar dari kesepakatan Intermediate-range Nuclear Forces (INF). Perjanjian itu ditandatangani kedua negara pada 1987. INF melarang Washington dan Moskow memproduksi dan memiliki rudal nuklir dengan daya jangkau 500-5.500 kilometer.

Perjanjian INF bubar karena Rusia dan AS saling tuding telah melanggar poin-poin kesepakatan. Kedua negara juga tergabung perjanjian New START (Strategic Arms Reduction Treaty) yang ditandatangani pada 2010. 

Dalam New START, AS dan Rusia dilarang mengerahkan lebih dari 1.550 hulu ledak nuklir, membatasi rudal, dan pembom berbasis darat serta kapal selam yang mengirimnya. Namun perjanjian itu telah berakhir pada Februari.

Trump telah beberapa kali mengutarakan keinginannya melibatkan China dalam perjanjian senjata nuklir. Namun Beijing menolak usulan tersebut.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement