Biasa Sediakan 700 Porsi Iftar Kini Masjid Preston Kosong

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil

Jumat 15 May 2020 11:27 WIB

Biasa Sediakan 700 Porsi Iftar Kini Masjid Preston Kosong. Foto: Masjid Preston Foto: onislam.net Biasa Sediakan 700 Porsi Iftar Kini Masjid Preston Kosong. Foto: Masjid Preston

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Pandemi virus Covid-19 memberikan  beberapa momen agak unik dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dengan jumlah kasus 4,5juta di seluruh dunia, kebijakan penguncian wilayah memberi perubahan drastis akan cara Muslim menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan.

Di tahun 2020, Ramadhan dimulai pada tanggal 23 April dan selesai pada 23 Mei. Di daerah Preston, Melbourne, keberadaan Covid-19 memberikan pengalaman dan pelajaran unik bagi pemimpin agama dan jamaahnya.

Baca Juga

Masjid Islam Quwwatul terletak di Jalan Peel Hall, Deepdale, dengan sebuah pusat pendidikan di seberang jalan. Masjid ini telah mengakar dengan komunitas Preston sejak tahun 1970-an.

Selama Ramadhan, biasanya di masjid ini hadir 700 jamaah untuk shalat Maghrib sebelum berbuka puasa atau iftar. Di tahun 2019, anggota jamaah duduk bersama yang lain dan menyantap hidangan buka puasa. Biasanya tersedia campuran almond, kurma, dan air dengan irisan mentimun. Ada juga kahwah atau teh hijau tradisional India.

Di masa lalu, tidak ada yang bisa membayangkan kondisi seperti itu berubah pada tahun 2020. Koordinator Masjid Islam Quwwatul, Imam Khalid Ibrahim menilai, situasi ini mendukung aktifitas daring yang telah mereka buka beberapa waktu lalu.

"Mayoritas komunikasi kami kini melalui media sosial. Kami memiliki Twitter dan WhatsApp. Setiap hari kami menyampaikan khotbah melalui YouTube dalam berbagai bahasa," ucapnya dikutip di Lancs, Jumat (15/5).

Ibrahim menyebut, saat ini merupakan masa-masa yang sulit terlebih bagi keluarga yang baru berkenalan dengan dakwah melalui media sosial. Masjid juga menyediakan program bagi anak-anak.

Meski demikian, Khalid mengakui kenyataan tidak bisa bertemu dengan keluarga dan teman-teman memiliki dampak besar, terutama pada para sesepuh masjid. Dibutuhkan upaya besar bagi banyak lansia yang terbiasa berkumpul dengan semua orang. Menjadi tanggung jawab pihak masjid untuk tetap memberi mereka dukungan dan keyakinan menjaga moral tetap tinggi.

Semua orang di komunitas disebut telah melakukan pembatasan dengan sangat baik. Pihaknya tidak memiliki masalah dengan orang-orang yang masih bersikeras untuk datang ke masjid.

"Mereka menghormati pedoman yang ada. Saya pikir sebagian karena pendekatan proaktif yang kami miliki di Preston dalam menjelaskan instruksi ini kepada jamaah," kata dia.

Selama masa karantina, Masjid Islam Quwwatul juga mendorong anak-anak muda untuk memimpin panggilan untuk sholat. Hal ini terbukti lebih sulit dilaksanakan di setiap rumah tangga. Masjid berusaha mendorong anak-anak muda untuk menjadi pemimpin shalat di rumah mereka sendiri.

Biasanya ketika di masjid, mereka akan mengikuti apa yang dikatakan Imam. Sementara dengan kebijakan beribadah di rumah, pihak masjid berusaha mendorong hadirnya ratusan imam di rumah.

Meski pemimpin masjid menekankan kebijakan menjaga jarak sosial, mereka tetap meminta jamaah untuk memperhatikan sesama yang dirasa dalam kondisi membutuhkan.

Masjid ini terdaftar di Dewan Kota Preston sebagai pusat makanan di kota. Masjid berusaha menyediakan makanan bagi masyarakat rentan dari berbagai latar belakang. Tiga kali seminggu, disediakan makanan yang baru dimasak. Sementara sisanya, disediakan makanan beku atau yang tidak mudah rusak.

Kekhawatiran semakin meningkat menjelang Hari Raya Idul Fitri, yang menandai akhir Ramadhan dan puasa.  Pada masa normal, akan ada perayaan besar di setiap Muslim, masjid, dan pusat komunitas. Khalid menilai, tahun ini pesan dan semangatnya akan tetap sama, dengan jamaah didesak tetap mengikuti pedoman menjaga jarak.

Meski begitu, mereka tetap menaruh harapan suatu hari tradisi yang biasa dilakukan bisa tetap berjalan. Hari Raya Idul Fitri bisa dirayakan dengan pelukan dan pesta, serta shalat tarawih dapat dilaksanakan.

Amal jariyah atau zakat merupakan bagian besar dari Ramadhan. Mereka biasa menyisihkan hartanya untuk diberikan di masjid. Kali ini, zakat dilakukan secara daring dan Khalid menilai cara ini lebih sukses.

"Dengan cara daring, orang-orang berlangganan donasi secara reguler. Meski nilainya sedikit, tetapi konsisten. Cara ini sangat bagus untuk pendanaan proyek-proyek kesejahteraan kita," kata dia.