Senin 11 May 2020 08:19 WIB

Fitrah Diri Bernama Amal Saleh

Amal saleh juga disebut mendorong terkabulnya doa

Warga penerima manfaat zakat dari lembaga Baitul Mal Kota Banda Aceh menghitung dan memperlihatkan uang yang baru diterima di Desa Cot Masjid, Banda Aceh, Aceh, Senin (20/4/2020). Pemerintah Kota Banda Aceh menyerahkan zakat infaq dan sedekah (zis) sebesar Rp4,9 miliar kepada 6.653 kepala keluarga fakir miskin serta anak yatim guna membantu kebutuhan selama pandemi COVID-19 dan menyambut bulan Ramadhan.
Foto: Antara/Irwansyah Putra
Warga penerima manfaat zakat dari lembaga Baitul Mal Kota Banda Aceh menghitung dan memperlihatkan uang yang baru diterima di Desa Cot Masjid, Banda Aceh, Aceh, Senin (20/4/2020). Pemerintah Kota Banda Aceh menyerahkan zakat infaq dan sedekah (zis) sebesar Rp4,9 miliar kepada 6.653 kepala keluarga fakir miskin serta anak yatim guna membantu kebutuhan selama pandemi COVID-19 dan menyambut bulan Ramadhan.

REPUBLIKA.CO.ID, Amal saleh sesungguhnya adalah alam (nature) manusia. Menurut fitrahnya, manusia suka pada kebaikan yang merupakan alam manusia. Lawannya, yakni keburukan dengan sendirinya tidak bersifat manusiawi. Dalam artian, amal itu tidak berguna dan tidak sesuai dengan alam dan kemuliaan manusia.

"Adapun buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya, ada pun yang memberi manfaat kepada manu sia, maka ia tetap di bumi.'' (QS ar- Ra'd: 17).

Amal saleh dikerjakan tidak untuk Tuhan, tetapi untuk kebaikan manusia itu sendiri baik di dunia maupun di akhirat. Orang yang sudah berbuat baik janganlah merasa sudah berbuat baik untuk Tuhan.

Tak hanya itu, amal saleh juga disebut mendorong terkabulnya doa. Prinsip ini didasarkan pada ayat berikut. "Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allahlah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaik kan-Nya.'' (QS Fa thir: 10).

 

Meski amal disebut sebagai fitrah, butuh niat dari hati yang bersih untuk melakukan itu semua. Rasulullah SAW bersabda, setiap perbuatan bergantung pada niatnya. Setiap orang akan dibalas berdasar kan apa yang dia niatkan.

Barang siapa yang hij rah nya karena Allah dan rasul- Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya. Barang sia pa yang hijrah ka rena dunia yang dikehendaki atau wanita yang ingin dinikahi, maka hijrahnya sebagaimana apa yang diniatkan.

Amal butuh modal berupa niat. Sebuah niat akan menentukan kualitas amal seseorang. Dalam fikih, niat bisa menentu kan kadar sah atau tidaknya iba dah seseorang. Ke tika seseorang memakai gelar haji se lepas pu lang dari Makkah, hukumnya bah kan bisa membuat suatu iba dah menjadi wajib, sunah, atau haram.

Tingkatannya sangat bergantung pada niat untuk apa ia me makai gelar haji tersebut. Niat dalam sudut pandang akhlak pengertiannya lebih menunjukkan getaran batin yang menentukan kuantitas sebuah amal. Shalat yang kita lakukan dengan jumlah rakaat yang sama, waktu yang sama, dan bacaan yang sama, penilaian bisa berbeda antara satu orang dan yang lainnya. Bergantung pada kualitas niatnya.

Begitu juga saat menjalankan ibadah ghairu mahdhah, semisal, menolong sesama manusia atau bersedekah. Niat kita yang ber bicara apakah pertolongan itu ikh las karena Allah atau hanya untuk ria. Tidak heran Allah SWT dalam Alquran berfirman: "Wahai orang-orang beriman, jangan sia-siakan pemberian sedekahmu dengan menyebut-nyebut dan melukai perasaan penerimanya." (QS al-Baqarah:264). Wallahu a'lam. 

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement