Makanan Hantaran, Gaya Baru Bersilaturahim Selama Ramadhan

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda

Sabtu 09 May 2020 03:46 WIB

Makanan hantaran menjadi tren di bulan Ramadhan tahun ini yang datang di tengah pandemi Covid-19. Foto: Instagram Makanan hantaran menjadi tren di bulan Ramadhan tahun ini yang datang di tengah pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Semarak bulan suci Ramadhan biasanya membawa berkah bagi para pelaku UMKM dan pengusaha kuliner karena mereka akan kebanjiran pesanan katering, kue, atau takjil. Namun, virus korona tipe baru penyebab Covid-19 yang diprediksi masih mewabah hingga akhir Ramadhan, sedikit-banyak akan mengubah tren kuliner tahun ini.

Pendiri Natural Cooking Club (NCC) Fatmah Bahalwan meyakini, makanan hantaran menjadi tren di bulan Ramadhan tahun ini. Menurut Fatmah, makanan hantaran bisa menjadi alternatif dalam menyambung silaturahim dengan keluarga, kerabat, atau rekan kerja.

Baca Juga

Jika biasanya umat Islam menggelar buka puasa bersama, maka di Ramadhan tahun ini makanan hantaran itulah penggantinya. Menurut Fatmah, makanan hantaran juga bisa efektif digunakan dalam memberikan ucapan selamat, belasungkawa, atau perayaan lain selama pandemi.

“Makanan hantaran akan jadi populer sekarang. Karena enggak ketemu, nggak bisa mendatangi orang untuk bersilaturahim, jadi makanan hantaran yang berbicara,” kata Fatmah saat dihubungi Republika.co.id, Senin (20/4).

Selain makanan hantaran, frozen food atau makanan yang dibekukan juga akan semakin populer di masa pandemi. Imbauan pemerintah untuk tetap di rumah dan menjaga jarak fisik, memaksa setiap orang untuk pandai-pandai menyajikan makanan sendiri di rumah.

“Utamanya frozen food ini diperlukan untuk sahur ya, biar masaknya praktis. Karena kan kalau buka puasa waktu mempersiapkan makanannya lumayan banyak,” ungkap Fatmah.

Sementara itu, Ketua Komunitas Bakul Kue Rumahan (BKR) Neni Sukmayani memprediksi, kue-kue klasik seperti nastar, putri salju, kastengel juga masih akan diminati pada Ramadhan tahun ini, meski pandemi. Hanya saja, metode penjualannya akan lebih terfokus pada platform daring.

“Kue klasik tetap diminati, cuma ya pada beralih ke online penjualannya. Jadi para pelaku UMKM juga mulai gencar promosi online,” kata Neni kepada Republika.co.id.