Kamis 07 May 2020 14:45 WIB

Perdagangan ASEAN-China Tumbuh di Tengah Krisis

Perdagangan China dengan ASEAN mencapai 991,34 miliar yuan pada kuartal pertama 2020.

Ilustrasi - Hubungan ASEAN dan Cina.
Foto: centerforsecuritypolicy.org
Ilustrasi - Hubungan ASEAN dan Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perdagangan antara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa di Asia Tenggara (ASEAN) dan China tumbuh di tengah krisis akibat wabah Covid-19. Peningkatan tersebut dipicu oleh rendahnya biaya pengapalan yang ditunjang Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP), demikian pendapat pengamat dikutip China Daily, Kamis (7/5).

Data Kementerian Kepabeanan China (GAC) menyebutkan ASEAN mengambil alih posisi Uni Eropa sebagai mitra dagang terbesar China pada kuartal pertama tahun ini.

Baca Juga

Perdagangan luar negeri China dengan ASEAN telah mencapai 991,34 miliar yuan selama periode tersebut atau naik 6,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu dan memberikan kontribusi sebesar 15,1 persen dari total perdagangan global China.

Selain keputusan Inggris yang keluar dari Uni Eropa pada akhir Januari, impor China dari ASEAN turut berkontribusi terhadap fenomena tersebut, demikian Direktur Jenderal Statistik dan Analisis GAC Li Kuiwen.

China mengimpor produk komponen elektronika aktif (IC) senilai 105,65 miliar yuan, termasuk microprocessor chip, chip capacitor dan konverter analog-digital dari pasar ASEAN selama tiga bulan pertama tahun ini atau naik 25,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sekaligus menyumbang 23,4 persen dari total impor China dari ASEAN.

Beberapa perusahaan asal Jepang dan Korea Selatan, seperti Sharp Corp dan Samsung Electronics Co Ltd, yang memindahkan produksinya ke berbagai negara dan membangun pabrik IC ke negara-negara ASEAN, seperti Vietnam, Thailand, dan Malaysia dalam beberapa tahun yang lalu turut mempengaruhi nilai perdagangan global China.

Wakil Ketua Komisi Pakar Asosiasi Perdagangan Internasional China (CAIT) Li Yong mengatakan, ASEAN mampu menjawab permintaan produk-produk China tersebut. "Terkait wabah, China dan ASEAN sama-sama menghadapi persoalan rantai pasokan industri yang justru memperkuat tekad dan motivasi kedua belah pihak dalam meningkatkan perdagangan bilateral," ujarnya.

Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Internasional di University of International Business and Economics (UIBE) Beijing Zhuang Rui menekankan pentingnya bagi China mencari pertumbuhan baru bernilai tambah dalam transformasi industri.

Sementara itu, Wakil Direktur Komite Ekonomi Lembaga Konsultasi Politik Rakyat China Fang Aiqing menilai terlalu dini menyimpulkan ASEAN sebagai mitra dagang terbesar negaranya dalam jangka panjang.

Jarak distribusi logistik yang pendek, struktur industri yang saling melengkapi, dan berbagai inisiatif dalam RCEP pada akhir tahun ini, Fang memperkirakan bahwa penandatanganan perjanjian perdagangan terbesar di dunia tidak hanya akan memfasilitasi China dan ASEAN untuk meningkatkan kemitraan dagang, melainkan juga sektor investasi, pariwisata, dan konektivitas regional.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement