Selasa 05 May 2020 21:06 WIB

Aceh Punya Stok Reagen untuk 7.500 Tes Swab

Balai Litbangkes Aceh mendapat cairan reagen dari BNPB yang diserahkan Kemenkes.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) RI Aceh.
Foto: Dok Dinkes Aceh
Laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) RI Aceh.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) RI Aceh di kawasan Siron, Kabupaten Aceh Besar, memiliki persediaan cairan reagen untuk 7.500 tes sampel swab tenggorokan pasien Covid-19.

Kepala Balai Litbangkes Aceh dr Fahmi Ichwansyah, mengatakan, pihaknya mendapat dukungan cairan reagen tersebut dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), yang diserahkan melalui Badan Litbangkes Kemenkes RI di Jakarta. "Kita menerima reagen yang cukup lumayan, itu ada reagen ekstraksi sebanyak 7.500 tes, bukan sampel," kata Fahmi di Kota Banda Aceh, Selasa (5/5).

Reagen merupakan zat atau senyawa kimia yang digunakan dalam pemeriksaan sampel swab terkait pasien Covid-19, dengan metode real time polymerase chain reaction (RT-PCR).

Dia menyebutkan bantuan dari BNPB yang diserahkan untuk Aceh melalui Badan Litbangkes di Jakarta pada (29/4), tersebut berupa cairan reagen kit extraksi RNA untuk 7.500 tes, dan reagen PCR kit untuk 10 ribu tes. "Pada awalnya kita memang sangat terbatas reagennya, dan kita sangat berhati-hati karena tidak bisa sembarang kita gunakan reagen ini, karena kalau kita boros maka tidak ada reagen yang lain pada waktu itu," kata Fahmi.

Oleh karena itu, menurut Fahmi, bantuan reagen dari BNPB tersebut sangat membantu Aceh dalam upaya penanggulangan Covid-19 di Provinsi Aceh. "Nanti kalau reagen yang awal ini sudah habis, tentu kita harus pakai reagen yang baru datang. Reagen sudah sampai di tempat kita, kalau ini habis nanti kita ganti dengan baru datang ini," katanya.

Menurut Fahmi, petugas sangat teliti saat melakukan uji setiap sampel swab di laboratorium. Bahkan satu sampel dapat tes berulang berkali guna memastikan seorang pasien tersebut terbukti positif Covid-19 atau memang negatif. "Jadi dalam satu sampel bisa dua kali, tiga kali tes untuk memastikan bahwa benar enggak dia positif, itu yang kita lakukan," katanya.

"Jangan sampai nanti kasian orang sudah kita justifikasi Covid-19, padahal sebenarnya belum jelas, jadi ini untuk validasi dan memastikan bahwa dia benar-benar positif Covid-19," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement