Senin 04 May 2020 16:11 WIB

Letjen Doni Monardo: Perintah Presiden, tidak Ada Mudik

Doni mengajak masyarakat bisa menahan diri dan bersabar untuk tidak mudik.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Letjen Doni Monardo.
Foto: Istimewa
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Letjen Doni Monardo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Virus Corona (Covid-19) sekaligus Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo meminta agar masyarakat membatalkan niat untuk mudik sepanjang pandemi corona masih terjadi.

"Perintah Presiden, tidak ada mudik, sekali lagi tidak ada mudik, semuanya kita bisa menahan diri dan bersabar untuk tidak mudik terlebih dahulu," kata Letjen Doni Monardo di kantornya di Jakarta, Senin (4/5).

Doni menyampaikan hal tersebut seusai mengikuti rapat terbatas dengan tema 'Laporan Tim Gugus Tugas Covid-19' yang dipimpin Presiden Joko Widodo melalui video conference. Presiden Joko Widodo menyatakan larangan mudik bagi seluruh masyarakat Indonesia sejak 21 April 2020 untuk mencegah penyebaran Covid-19 lebih luas lagi.

Kementerian Perhubungan juga telah mengeluarkan Peraturan Menteri Perhubungan No 25 tahun 2020 tentang Pengendalian Transportasi Selama Masa Mudik Idul Fitri Tahun 1441 Hijriah dalam rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).

Ruang lingkup dari peraturan tersebut adalah, larangan sementara penggunaan sarana transportasi umum, baik untuk transportasi darat, laut, udara, dan kereta api, serta kendaraan pribadi dan sepeda motor, dengan tujuan keluar dan atau masuk wilayah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) atau pembatasan sosial berskala besar, wilayah zona merah penyebaran Covid-19, dan Jabodetabek atau wilayah aglomerasi lainnya yang telah ditetapkan pembatasan sosial berskala besar

"Masyarakat diingatkan jangan mencuri-curi kesempatan karena kalau hal itu masih dilakukan maka akan menimbulkan risiko bagi kampung halaman. Kebiasaan kita untuk bertemu dan berpelukan, bersalaman dengan orang-orang yang kita sayangi, berdekatan justru membahayakan mereka," kata mantan danjen Kopassus itu.

Karena pemudik bisa saja tidak sadar bahwa mereka menderita Covid-19, namun dalam kategori orang tanpa gejala (OTG). "Kita telah menjadi carriersebagai pembawa virus dan ketika kita menyentuh saudara kita, kita malah menulari. Bila yang tertular adalah kelompok rentan dan memiliki penyakit penyerta maka risiko terpapar dan terinfeksi, sakit ringan, sedang bahkan bisa meninggal. Apabila kita sayang keluarga, untuk sementara ini tahan untuk tidak pulang dulu," kata Doni.

Dia mengajak agar masyarakat betul-betul patuh larangan pemerintah.

"Betul-betul kita bisa menghindari keinginan untuk pulang agar kita semua menjaga diri tidak terpapar dan tidak tertular. Di beberapa provinsi bahkan kasusnyanihil, jangan sampai ada pemudik malah ada kasus baru sementara di daerah dokter, perawat, rumah sakit terbatas. Jumlah dokter paru kita adalah 1.973 artinya 1 dokter paru melayani 1,2 juta warga negara Indonesia," ungkap Doni.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement