Cara Mengendalikan Asupan Gula, Garam, dan Lemak Saat Puasa

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda

Senin 04 May 2020 11:32 WIB

Pedagang melayani pembeli takjil di Jalan Panjang, Kebon Jeruk, Jakarta barat, Ahad (3/5). Saat berpuasa, asupan gula, garam, dan lemak juga tetap harus terjaga. Foto: Republika/Putra M. Akbar Pedagang melayani pembeli takjil di Jalan Panjang, Kebon Jeruk, Jakarta barat, Ahad (3/5). Saat berpuasa, asupan gula, garam, dan lemak juga tetap harus terjaga.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat puasa, orang cenderung berbuka dengan mengonsumsi makanan atau minuman manis serta aneka gorengan. Padahal, pilihan tersebut justru mengandung gula, garam, dan lemak yang tinggi. Bagaimana caranya menjaga asupan gula, garam, dan lemak saat puasa?

"Jika mau berbuka dengan yang manis, pilihlah makanan yang tidak hanya manis dari gula, tapi juga yang mengandung serat," ujar Head of Nutrifood Research Center, Astri Kurniati dalam Media Workshop Daring "Batasi Konsumsi Gula, Garam, dan Lemak dan Cermati Informasi Nilai Gizi untuk Cegah Penyakit Tidak Menular pada Masyarakat Umum dan Komplikasi Serius Covid 19 pada Penyandang Diabetes", beberapa waktu lalu.

Baca Juga

Bagi yang ingin berbuka dengan yang manis, Astri merekomendasikan buah-buahan. Menurutnya, buah dapat memberikan rasa manis yang diinginkan sekaligus serat untuk memenuhi kebutuhan harian.

"Buah mengandung gula sederhana untuk energi kita, juga mengandung serat, vitamin dan mineral. Jadi tetap ada nutrisi-nutrisi lain yang kita dapatkan selain hanya gula saja,” jelasnya.

Astri mengingatkan, makanan manis tidak hanya berhubungan dengan diabetes, tapi juga terkait dengan risiko obesitas dan mempengaruhi kekebalan tubuh. Karena itu carilah makanan manis yang lebih sehat.

Menurut Astri, agar tetap sehat saat puasa dimasa pandemik Covid-19, masyarakat perlu mencari sumber makanan sehat. Karbohidrat kompleks yang membuat kenyang lebih lama, misalnya dari beras merah atau oats, termasuk yang disarankan.

Selain itu, cukupkan kebutuhan air selama buka sampai sahur sebanyak delapan gelas per hari. Jangan sampai dehidrasi. Astri juga mengingatkan agar asupan buah, sayur, dan protein terjaga.

"Hindari makanan yang digoreng dengan minyak banyak," kata Astri.

Lebih lanjut, Astri mengajak masyarakat untuk tetap olahraga 30 menit sehari. Menurutnya, waktu terbaik untuk berolahraga ialah dua sampai tiga jam sebelum berbuka.

"Pilih olahraga yang lebih ringan intensitasnya dan jangan dipaksakan," ucapnya.

Kepala Seksi Penyakit Tidak Menular, Kesehatan Jiwa dan Napza, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, dr Endang Sri Wahyuningsih mengatakan, batas asupan garam, gula, dan lemak yang dianjurkan ialah gula empat sendok makan, garam satu sendok teh, dan lemak sendok makan. Pada saat puasa di masa pandemi, ketika berbuka usahakan tidak makan terlalu berlebihan.

"Yang dianjurkan untuk laki-laki 1.800 kalori sampai 2.200 kalori, sedangkan untuk perempuan 1.500 kalori sampai 2.000 kalori," jelasnya.

Untuk diabetesi, yang harus diperhatikan ialah mengontrol gula darah, tak lupa mengonsumsi obat, dan melakukan aktivitas fisik. Endang mengatakan, aktivitas fisik bisa meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin.

"Jadi akan mempermudah masuknya gula ke dalam sel-sel yang ada di tubuh,” ujarnya.

Untuk makanan, Endang merekomendasikan masyarakat untuk mengikuti panduan Isi Piringku yang membagi porsi karbohidrat, lauk sayur, dan buah.

"Usahakan makan tiga kali sehari, yakni saat sahur, berbuka, dan setelah selesai sholat tarawih dengan memerhatikan jumlah kalori," kata Endang.