Permintaan Kelapa Muda di Lebak Melonjak Selama Ramadhan

Red: Reiny Dwinanda

Senin 04 May 2020 11:11 WIB

Kelapa muda. Pengepul di Lebak, Banten, kewalahan melayani permintaan kelapa muda dari pemesan yang mayoritas ialah pedagang pengecer. (Ilustrasi) Foto: ANTARA/Irwansyah Putra Kelapa muda. Pengepul di Lebak, Banten, kewalahan melayani permintaan kelapa muda dari pemesan yang mayoritas ialah pedagang pengecer. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Pedagang di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten sampai harus mendatangkan kelapa muda dari wilayah Lebak bagian selatan karena permintaan terus meningkat. Peningkatan terpantau terjadi selama bulan suci Ramadhan 1441 Hijriah.

"Akibat permintaan kelapa muda meningkat, saya memesan ke Lebak selatan yang merupakan sentra kelapa," kata Adang (50), seorang pengepul kelapa muda di Jalan Lingkar Selatan Rangkasbitung, Lebak, Senin.

Baca Juga

Adang mengaku kewalahan melayani permintaan kelapa muda dari pemesan yang mayoritas ialah pedagang pengecer. Jumlah pedagang eceran yang menggelar lapak kelapa muda di pinggir jalan Rangkasbitung diperkirakan mencapai puluhan orang.

"Kami selama bulan Ramadhan bisa menghabiskan 1.000 kelapa muda dengan harga Rp 5.000 per butir dan jika diakumulasikan mendapat sebesar Rp 5 juta per hari," kata Adang.

Menurut Adang, omzet pedagang kelapa muda di Rangkasbitung hingga 10 hari bulan suci Ramadhan meningkat hingga mencapai 100 persen dibandingkan hari normal. Wilayah selatan Lebak yang menjadi sentra kelapa di antaranya dipilih untuk memenuhi permintaan itu.

Adang yang biasa mendatangkan kelapa muda dari wilayah Lebak tengah, seperti Kecamatan Cimarga, Leuwidamar, Muncang, Bojongmanik, Cirinten dan Gunungkencana, namun kini kekurangan pasokan.

"Kami merasa kewalahan melayani permintaan para pedagang kelapa muda itu, karena selama Ramadhan relatif meningkat," kata Adang.

Sementara itu, Udin (45) seorang pedagang pengecer di Jalan Hardiwinangun Rangkasbitung, Kabupaten Lebak mengatakan, omzet penjualan kelapa muda selama Ramadhan meningkat hingga 70 persen dibandingkan hari normal. Biasanya, menurut dia, pendapatan pada bulan normal mencapai Rp 400 ribu per hari, namun selama Ramadhan bisa mencapai Rp 700 ribu per hari.

"Dari pendapatan Rp 700 ribu, saya bisa meraup keuntungan bersih Rp 200 ribu setelah dipotong modal dan bayar upah pekerja," katanya.

Menurut Udin, kelapa muda hingga kini masih diburu masyarakat, terlebih kelapa kopyor, karena minuman alami itu menyehatkan dan bisa mematikan racun dalam tubuh tanpa memiliki efek samping. Selama ini, Udin berjualan kelapa muda untuk dijadikan sebagai minuman berbuka puasa.

"Kami berjualan kelapa muda itu dengan mendatangkan dari penampung," kata Udin.

Sementara itu, Memed (45) seorang pedagang pengecer di Jalan Sunan Kalijaga Rangkasbitung mengatakan, selama bulan puasa permintaan kelapa muda naik drastis sehingga mengakibatkan omzet penjualan kelapa muda meningkat. Ia menjelaskan, kebanyakan konsumen membeli kelapa muda diminta dibelah dan sari maupun buah kelapa dimasukkan ke plastik untuk dibawa pulang sebagai minuman buka puasa.

Selain itu, ada juga yang membeli kelapa utuh. Ia menjualnya Rp 10 ribu per butir.

"Setiap hari saya menjual sebanyak 200 butir," kata Memed.