Rabu 29 Apr 2020 16:40 WIB

PM Scott Morrison: Australia Tak Lama Lagi Menuju Normal

PM Scott Morrison: Australia Tidak Lama Lagi Menuju Kondisi Normal

Red:
PM Selandia Baru Jacinda Ardern dalam sebuah konferensi pers bersama Perdana Menteri Australia Scott Morrison di Sydney, Jumat (28/2). Ardern mengkritik kebijakan deportasi Australia.
Foto: Bianca de Marchi/EPA
PM Selandia Baru Jacinda Ardern dalam sebuah konferensi pers bersama Perdana Menteri Australia Scott Morrison di Sydney, Jumat (28/2). Ardern mengkritik kebijakan deportasi Australia.

Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, mengatakan bahwa Australia 'tidak terlalu jauh' dari pelonggaran pembatasan terkait virus corona.

  • Aturan-aturan yang membatasi sejumlah aktivitas bisa dihapuskan bulan depan
  • Belum ada isyarat perjalanan internasional bisa dilakukan dalam waktu dekat
  • Kabinet Nasional akan menggelar rapat untuk membicarakannya pada 11 Mei

 

PM Morrison menambahkan Australia sudah 'kembali berada di jalan' menuju situasi ekonomi yang aman dari COVID-19. Kesuksesan ini berarti pelonggaran sejumlah aturan dalam jangka waktu tidak lama lagi.

"Anda sudah menyaksikan apa yang terjadi di beberapa negara bagian," kata Morrison.

Pelonggaran peraturan pergerakan warga telah dilakukan di sejumlah negara bagian, seperti di Australia Barat dan Queensland.

Ia juga sekali lagi menyampaikan salah satu alat yang membantu untuk segera mengakhiri sejumlah aturan ketat terkait corona adalah aplikasi pelacakan COVIDSafe, yang menurutnya sudah diunduh hampir 3 juta kali.

"Saya ingin menyamakannya seperti fakta bahwa jika kita ingin berada di luar saat matahari bersinar terik, kita harus menggunakan krim dengan tabir surya."

"Jika Anda ingin kembali ke kondisi ekonomi dan sosial dengan lebih bebas, sangat penting bagi kami untuk melihat peningkatan angka pengunduhan aplikasi COVIDSafe."

Aplikasi ini menggunakan teknologi Bluetooth untuk membaca lokasi atau "saling berjabat tangan secara digital" dengan pengguna yang lain dalam radius 1,5 meter, untuk kemudian riwayat kontak-kontak ini dicatat dan dienskripsi.

Data-data ini akan berada di telepon genggam milik pengguna selama 21 hari, dan akan dihapus jika mereka tidak melakukan kontak dengan kasus COVID-19 yang terkonfirmasi.

 

Kemungkinan boleh pergi ke Selandia Baru

PM Morrison mengakui adanya sejumlah aturan aktivitas yang masih tidak bisa ditawar untuk sementara waktu.

Tapi ia mengatakan telah ada pembicaraan dengan Pemerintah Selandia Baru untuk mengizinkan warga Australia melakukan perjalanan ke sana.

"Saya tidak melihat perjalanan internasional akan terjadi di waktu dekat ini, risikonya sangat jelas," kata PM Morrison.

"Satu-satunya pengecualian dalam perjalanan internasional ... mungkin dengan Selandia Baru, dan kami telah mendiskusikannya."

Di Selandia Baru, Selasa kemarin (28/04) menjadi hari pertama pelonggaran aturan 'lockdown'.

Banyak warga Selandia Baru, termasuk asal Indonesia, berbondong-bondong mendatangi restoran cepat saji di berbagai kota yang sebelumnya ditutup.

Menurut Zacharia Najoan, yang akrab dipanggil Ririe, kunci kesuksesan Selandia Baru adalah warganya yang saling menjaga jarak dan menghormati satu sama lain.

"Menurut saya … kalau semua warga disiplin dan nurut, pasti akan berhasil," ujarnya.

 

Di Australia, PM Morrison mengatakan masih kecil kemungkinan untuk memperbolehkan masyarakat bisa pergi dan menonton tim olahraga favorit mereka dalam waktu dekat ini.

"Saya menantikan saatnya kita bisa menonton, apakah itu AFL, netball, NRL, atau olah raga apapun yang kita dukung, dan bisa menontonnya bersama lagi"

Tapi saya belum bisa melihat kemungkinan bisa pergi bersama-sama menonton pertandingan untuk beberapa waktu ini."

Tapi PM Morrison mengatakan kemungkinan rumah-rumah ibadah akan kembali dibuka bagi "mereka yang membutuhkan berdoa sendirian', setelah terjadi perubahan aturan.

Sejumlah aturan akan dipertimbangkan kembali oleh Kabinet Nasional bulan depan, tambah PM Morrison.

Ikuti perkembangan terkini soal pandemi virus corona di dunia lewat situs ABC Indonesia

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement