Senin 27 Apr 2020 09:04 WIB

Petugas Kesehatan Pakistan Protes APD Kualitas Rendah

Pakistan mencatat 100 tenaga kesehatan terinfeksi virus corona.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
(Ilustrasi) Petugas Kesehatan di Rumah Sakit merawat pasien yang diduga terpapar virus corona.
Foto: The Central Hospital of Wuhan via Weibo/Hando
(Ilustrasi) Petugas Kesehatan di Rumah Sakit merawat pasien yang diduga terpapar virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Petugas kesehatan garis depan di provinsi Punjab, Pakistan, mengadakan aksi protes, Ahad (26/4). Mereka duduk bergilir dalam upaya menyuarakan buruknya kualitas peralatan perlindungan diri untuk menangani pasien virus corona.

Presiden dari Young Doctor's Association di Punjab, Dr. Salman Haseeb Chaudhry mengatakan, peralatan di bawah standar mengarah pada meningkatnya jumlah profesional kesehatan yang melakukan kontrak dengan pasien Covid-19. Aliansi kesehatan besar termasuk perawat dan paramedis telah dibentuk untuk menuntut perlindungan yang lebih terjamin.

Baca Juga

Chaudhry mengatakan, 100 profesional kesehatan dinyatakan positif terkena virus korona baru dalam 24 jam sebelumnya. Laporan terbaru, Pakistan telah mengonfirmasi 12.723 kasus dengan 269 kematian, meski beberapa pihak menduga jumlah infeksi sebenarnya dianggap jauh lebih tinggi.

Pakistan telah mencatat peningkatan harian yang stabil sekitar 750 kasus positif dalam seminggu terakhir. Pengujian Covid-19 masih rendah dengan hampir 6.800 orang dites setiap hari di negara berpenduduk 220 juta orang dengan 60 persen di antaranya hidup di Punjab yang paling padat penduduknya.

Pakistan telah berjuang untuk mendapatkan peralatan pelindung bagi para profesional kesehatannya. Dokter di provinsi Baluchistan barat daya yang memprotes dipenjara awal bulan ini. Mereka dibebaskan dalam beberapa jam.

Pemerintah telah meningkatkan stok peralatan pelindung setelah menerima sejumlah besar pasokan dari China dan meningkatkan produksi lokal. Namun, Chaudhry mengatakan kualitasnya di bawah standar yang ditetapkan oleh WHO. 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement