Ahad 26 Apr 2020 22:04 WIB

Gereja-Gereja di Korsel Mulai Dibuka Kembali pada Ahad

Pihak gereja di Korsel mewajibkan umatnya menjaga jarak dan memakai masker.

 Petugas berpakaian pelindung lengkap membawa pasien yang terinfeksi virus corona dari ambulan ke Kyungpook National University Hospital di Daegu, Korea Selatan. Di Daegu, tercatat puluhan kasus terdeteksi, merujuk pada jemaat gereja.
Foto: Kim Jong-un/Yonhap via AP
Petugas berpakaian pelindung lengkap membawa pasien yang terinfeksi virus corona dari ambulan ke Kyungpook National University Hospital di Daegu, Korea Selatan. Di Daegu, tercatat puluhan kasus terdeteksi, merujuk pada jemaat gereja.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Gereja-gereja besar di Korea Selatan (Korsel) dibuka kembali pada Ahad (26/4). Namun, pihak gereja mengharuskan jemaat untuk menjaga jarak dan memakai masker, setelah pemerintah melonggarkan pembatasan pada pertemuan keagamaan yang bertujuan memperlambat penyebaran virus corona.

Gereja Onnuri, salah satu gereja terbesar di Seoul, mengharuskan anggotanya untuk mendaftar secara daring sebelum kebaktian dan duduk di kursi yang telah ditunjuk untuk menjaga jarak.

Baca Juga

"Kami juga membatasi kehadiran hingga 700 orang di aula berkapasitas 3.000 orang," kata seorang pejabat gereja.

Pada Ahad lalu, Korsel memperpanjang kebijakan jarak sosialnya sampai 5 Mei 2020. Tetapi, pemerintah menawarkan beberapa bantuan untuk fasilitas keagamaan dan olahraga yang sebelumnya tunduk pada aturan pembatasan yang ketat.

Sebuah gereja rahasia, Gereja Shincheonji Yesus, berada di episentrum wabah virus corona di Korea Selatan, dengan sekitar setengah dari 10.728 total infeksi negara itu terkait dengan para anggotanya. Pasien pertama yang dikonfirmasi di gereja, merupakan pasien ke-31 Korsel secara keseluruhan, keluar dari rumah sakit pada Jumat (24/4) setelah dirawat selama lebih dari dua bulan, kata rumah sakit di kota tenggara Daegu pada Ahad.

Korsel berhasil menghentikan wabah besar pertama di luar China dengan melakukan tes secara besar-besaran dan pelacakan kontak yang agresif. Tetapi, ada serangkaian wabah kecil yang melibatkan gereja dan kelompok lainnya.

Anggota gereja menyatakan keyakinan terhadap kemampuan Korsel dan gereja untuk mengatasi wabah virus corona. "Saya tidak takut. Saya percaya gereja akan mematuhi prinsip-prinsip yang aman," kata Kang Hye-mi, seorang jemaat berusia 29 tahun di Katedral Katolik Myeongdong di Seoul.

Ketika pembatasan diberlakukan, gereja-gereja Korsel beralih ke layanan berbasis daring atau drive-in. Di mana, jemaat  gereja menghadiri kebaktian dengan memarkir mobil mereka di taman bermain sekolah.

Yang Sun-Kyung, yang pergi ke Gereja Onnuri untuk pertama kalinya dalam dua bulan, mengatakan, ia dapat berkonsentrasi lebih baik ketika menghadiri gereja daripada selama ibadah daring yang kadang-kadang mengganggu.

"Saya berharap ini (gereja kami) dapat menjadi contoh teladan bagi orang lain," kata Han Jin-gun, seorang umat berusia 34 tahun di Onnuri.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement