Sabtu 25 Apr 2020 21:36 WIB

Jerman akan Fokus Tangani Covid-19 Saat Pimpin Uni Eropa

Jerman akan fokus pada penanganan dan dampak pandemi Covid-19.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Pengunjung menggunakan masker berjalan di area kebun binatang di Landau, Jerman, Rabu (22/4).  Sejak 20 April 2020 kebun binatang di negara bagian Rhineland-Palatinate diizinkan untuk kembali dibuka di bawah aturan keamanan yang ketat untuk memperlambat pandemi penyakit COVID-19 yang sedang berlangsung
Foto: EPA-EFE/RONALD WITTEK
Pengunjung menggunakan masker berjalan di area kebun binatang di Landau, Jerman, Rabu (22/4). Sejak 20 April 2020 kebun binatang di negara bagian Rhineland-Palatinate diizinkan untuk kembali dibuka di bawah aturan keamanan yang ketat untuk memperlambat pandemi penyakit COVID-19 yang sedang berlangsung

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Jerman akan menjalani masa kepresidenannya di Uni Eropa pada 1 Juli mendatang. Selama enam bulan menduduki posisi tersebut, Jerman hendak memfokuskan perhatiannya pada penanganan pandemi Covid-19 serta dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan.

"Ini jelas akan didominasi oleh masalah memerangi pandemi dan konsekuensinya," kata Kanselir Jerman Angela Merkel dalam siaran podcast mingguannya pada Sabtu (25/4). 

Baca Juga

Menurut Merkel, selama vaksin belum ditemukan, virus corona akan mendominasi kehidupan di Eropa. Dia mengatakan Jerman akan mempromosikan gagasan sistem perawatan kesehatan Eropa yang efisien untuk semua negara anggota.

Pajak transaksi keuangan, tarif pajak minimum, dan sistem perdagangan emisi karbon gabungan untuk kapal serta pesawat akan turut dipromosikan Jerman. 

Kabinet Jerman akan mengadakan sesi khusus untuk membahas agenda kepresidenan di Uni Eropa pada pekan depan. Sekretaris Dewan Eropa Jeppe Tranholm-Mikkelsen dijadwalkan turut menghadiri pertemuan tersebut. 

Lima negara Eropa, yakni Spanyol, Italia, Jerman, Inggris, dan Prancis masuk dalam 10 negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di dunia. Namun, posisi puncak masih tetap ditempati Amerika Serikat dengan 927 ribu kasus dan korban meninggal melebihi 52 ribu jiwa. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement