Sabtu 25 Apr 2020 04:59 WIB

Lima Langkah Proses Percetakan Alquran King Fahd di Madinah

Proses percetakan Alquran King Fahd di Madinah ada lima langkah.

Rep: Syahruddin El Fikri/ Red: Muhammad Hafil
Lima Langkah Proses Percetakan Alquran King Fahd di Madinah. Foto: Penjualan Alquran di Pusat Percetakan Alquran Raja Fahad di Madinah, Arab Saudi, Kamis (14/9).
Foto: Republika/Ani Nursalikah
Lima Langkah Proses Percetakan Alquran King Fahd di Madinah. Foto: Penjualan Alquran di Pusat Percetakan Alquran Raja Fahad di Madinah, Arab Saudi, Kamis (14/9).

REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Di Kota Madinah, terdapat percetakan Alquran King Fahd yang terkenal sebagai pusat percetakan Alquran terbesar di dunia. Lembaga ini memproduksi sebanyak 18 juta eksemplar mushaf Alquran setiap tahun. Salinannya diterjemahkan ke dalam 78 bahasa, seperti Prancis, Urdu Turki, dan bahasa Indonesia.

Menurut Juru Bicara Percetakan Alquran King Fahd, Hasan Al-Harb, lembaga ini didirikan  pada tahun 1980-an. Dan secara umum, sudah memproduksi 300 juta eksemplar Alquran dan mendistribusikannya ke berbagai negara di seluruh dunia.

Baca Juga

"Di sini kami mencetak hingga 18 juta salinan per tahun," kata Juru Bicara dan Pengawas Percetakan Alquran King Fahad, Hasan Al-Harb beberapa waktu lalu.

Selain mencetak dalam bentuk buku, percetakan Alquran ini juga membuat salinan Alquran dalam bentuk digital melalui aplikasi gawai. Dengan teknologi digital, umat Islam tidak hanya dapat membaca Alquran dan terjemahannya sesuai dengan bahasa masing-masing, tapi juga mendengarkan suara bacaan Alquran.

 

Lebih lanjut, Hasan menjelaskan bahwa ada lima langkah yang harus dilakukan sebelum Alquran dicetak dalam jumlah banyak. "Pertama, kita buat salinan naskah Alquran yang ditulis hanya dengan huruf Arab tanpa satu pun tanda baca, atau sama persis seperti mushaf Alquran pertama di zaman Khalifah Usman bin Affan," ujarnya.

Naskah Alquran tanpa tanda baca tersebut dicetak lembar demi lembar untuk diperiksa oleh sebuah tim yang bertugas menemukan kemungkinan kesalahan huruf dan melaporkannya kepada tim lain yang bertanggung jawab untuk mengoreksi kekeliruan tersebut.

Langkah kedua, menurut Hasan, adalah naskah salinan Alquran dicetak dengan tanda baca berupa titik untuk membedakan antara huruf Arab yang satu dengan lainnya. Naskah ini juga dicetak per lembar dan diperika oleh sebuah tim khusus.

Langkah ke tiga adalah naskah salinan Alquran dicetak dengan harakat (tanda baca) untuk membedakan bacaan panjang dan pendek, atau suara yang harus ditahan, seperti tanda baca mad, tasjid, dan sukun.

Langkah berikutnya adalah membuat naskah salinan Alquran dengan tanda "wakaf" atau tanda untuk memberi tahu pembaca Alquran tempat di mana harus berhenti dan memulai membaca agar bacaan Alquran sesuai dengan kaidah yang benar.

Sementara langkah ke lima adalah membuat naskah salinan Alquran dengan membubuhkan nomor ayat dan nomor juz.

Seluruh pemeriksaan naskah salinan Alquran tersebut dilakukan baik secara manual maupun elektronik sehingga jika terjadi suatu kesalahan, maka dapat diketahui di bagian mana hal tersebut terjadi dan dapat ditangani dengan segera.

Setelah langkah-langkah pemeriksaan tersebut dilewati, percetakan akan mencetak sekitar 5.000 salinan Alquran dan mengirimkannya kepada para ulama yang tepercaya guna pemeriksaan lebih lanjut dan meminta pendapat mereka.

“Seluruh langkah ini kami lakukan, barulah mesin-mesin pencetak akan memproduksi salinan Alquran dalam jumlah banyak. Seluruh rangkaian sebelum mencetak salinan Alquran tersebut hanya dilakukan satu kali untuk menghasilkan induk salinan," jelas Hasan.

Dia menambahkan bahwa seluruh pekerja di percetakan tersebut bekerja di bawah sumpah guna menghindari kesalahan yang disengaja dan menjaga proses pencetakan salinan Alquran berjalan dengan baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement